Selasa, 20 April 2010

pmw budidaya tembakau kasturi

A. Judul Program : Peluang Usaha Tani Tembakau Kasturi
B. Latar Belakang
Tembakau memiliki peranan yang penting dalam perekonomian nasional baik dari aspek penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan Negara, pendapatan petani maupun sektor jasa lainnya. Tembakau dan industri hasil tembakau dalam perekonomian nasional mampu berperan menyediakan lapangan kerja secara langsung maupun tidak langsung bagi 6,4 juta orang, meliputi 2,3 juta petani tembakau, 1,9 juta petani cengkeh, 199.000 pekerja pabrik rokok, sekitar 1,15 juta pedagang eceran dan asongan, 900.000 orang yang bekerja pada sektor lembaga keuangan, percetakan dan transportasi (Rachman, 2003).
Untuk meningkatkan pendapatan petani tembakau sekaligus meningkatkan ekspor, pemerintah telah menganjurkan kepada petani tembakau untuk melaksanakan intensifikasi. Dalam pelaksanaan intensifikasi ini agar petani tembakau berhasil maka perlu diatur langkah-langkahnya. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan intensifikasi adalah masalah proteksi tanaman.
Pada tanaman tembakau, masalah proteksi sangat penting sekali. Hama dan penyakit cukup banyak dan perlu penanganan yang sungguh-sungguh. Dalam hal pengendalian hama sampai saat ini boleh dikatakan dapat diatasi, namun dalam hal penyakit, masih saja mengalami banyak kesulitan. Tidak jarang gagalnya produksi tembakau disebabkan oleh serangan penyakit, seperti yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, dan virus. Dalam menghadapi penyakit tembakau yang penting disini adalah bukan tindakan pemberantasan, namun tindakan pencegahan. Tindakan pemberantasan sampai saat ini hampir tidak pernah berhasil (Sudarmo, S. 1992).
Tanaman tembakau dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu tembaku Na Oogst dan Voor Oogst. Tembakau Na Oogst adalah tembakau yang ditanam pada akhir musim kemarau dan dipanen pada musim hujan, tembakau Voor Oogst adalah tembakau yang ditanam awal musi kemarau dan dipanen pada musim kemarau. Salah satu tembakau Voor ogst adalah tembakau besuki, tembakua jember atau lebih dikenal dengan tembakau kasturi.
Tembakau kasturi ini sangat dipengaruhi oleh faktor kualitas dengan kata lain faktor kualitas sangat dominan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas tembakau adalah terbebasnya tanaman dari serangan OPT baik pada saat pertanaman atau pada saat pasca panen. Biaya produksi untuk pembelian insektisida juga cukup besar, sehingga hal tersebut adalah salah satu faktor menaikkan biaya produksi pada usaha tani tembakau.

C. Rumusan Masalah
Di Indonesia, tembakao menjadi merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan baik oleh petani tradisonal maupun perusahaan atau persero. Indonesia merupakan slah satu negara penghasil tembakao terbesar di dunia. Tembakau indonesia mampu menembus pasaran dunia bahakan sampai di ekspor ke germany sebagai pembutan cerutu. Sentra produksi tembakao di indonesia tersebar diberbagai daerah mulai dari deli sumatra, jawa tengah, madura, besuki dan lombok.
Pemanfaatan utama tembakau adalah diambil daunnya. Olahan daun tembakau dapat sebagai bahan baku pembuatan rokok, pada umumnya tanaman tembakau memiliki kegunaan sbb
1. Bahan Baku pembuatan rokok
2. Pembuatan pestisida organik

D. Tujuan
1. Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan antara Mahasiswa Politeknik Negeri Jember dengan pengusaha/pedagang tembakau
2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam berwirausaha dan dalam hal pemanfaatan peluang usaha yang ada;
3. Sebagai bekal ilmu pengetahuan, baik dalam hal teknis budidaya maupun dalam hal melakukan kerja sama dengan sebuah perusahaan.
4. Meningkatkan mutu dan produksi tanaman tembakau.


E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
1. Budidaya tanaman tembakao akan memberikan peluang usaha bagi para Mahasiswa yang berminat untuk berusaha tani tanaman tembakao;
2. Kerjasama yang dilakukan diharapkan dapat memberikan hasil yang saling menguntungkan diantara kedua pihak;
3. Dengan adanya proyek ini, diharapkan Mahasiswa dapat meningkatkan potensi untuk menjadi wirausahawan yang mandiri, sehingga nantinya Mahasiswa mempunyai semangat untuk berwirausaha di kemudian hari.

F. KEGUNAAN PROGRAM
Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman Mahasiswa dalam berwirausaha dan dalam hal pemanfaatan peluang usaha yang ada khususnya usaha tani tembakao voor oogst.

G. Gambaran Umum Rencana Usaha
Berdasar pengamatan dan hasil survei pasar dan kelayakan usaha pada kegiatan usaha tani budidaya tanaman tembakao voor oogst atau kasturi ini boleh dibilang cukup bagus, karena saat ini tanaman tembakao kasturi ini sangat laku dipasaran baik tanaman yang berkualitas atau mutu bagus hingga mutu yang terendah (krosokan). Konsumen utama tembakao adalah tengkulak dan pabrik rokok kretek. Jika dilihat perkembangan pabrik rokok kretek akhir akhir ini yang kian membludak dapat dipastikan kebutuhan akan tembakao juga akan meningkat pula. Dari sinilah kita dapat menyimpulkan bahwa peluang usaha tani tembakao voor oogst atau kasturi ini sangat bagus.




H. Metoda Pelaksanaan
Pelaksanaan proyek mahasiswa wirausaha ini dilakukan pada bulan april sampai dengan bulan agustus 2011. Tempat pelaksanaan di lahan Politeknik Negeri Jember dengan luas 2500 m2.

1. Pengolahan Lahan
1. Sebelum tanah diolah terlebih dahulu dibersikan dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang dekat dengan bedengan yang akan ditanami,
2. Pengolahan tanah menggunakan hand traktor dan dibiarkan ± 1 minggu agar mendapatkan penyinaran matahari secara langsung,
3. Pengolahan dilakukan sebanyak dua kali hingga terbentuk butiran tanah yang halus dan gembur sehingga perakaran mudah menembus tanah.
2. Penanaman dan Pemeliharaan
1. Jarak tanam dan arah barisan tanaman
a. Jarak tanam sangat menetukan kualitas daun tembakau kasturi yang dihasilkan daun yang tipis ( kurang berbodi, sedangkan jarak tanam yang jarang akan menghasilkan daun tembakau lebih berbodi, namun populasi tanaman berkurang).
b. Arah barisan tanaman sebaiknya timur barat, atau sejajar dengan miringnya tanah apabila ditanam dilahan perbukitan dengan barisan yang tunggal .
c. Jarak tanam yang digunalkan adalah 70 X 80 Cm.
2. Tanam dan Sulam.
Keseragaman tanaman merupakan kunci sukses pembentukan produksi dan kualitas tembakau kasturi.
Sulaman lebih penting dari pada menanam untuk membuat tanaman yang seragam pertumbuhannya. Selambat- lambatnya 3 hari setelah tanam, semua tanaman yang mati atau kurang sehat tersulam dengan lengkap.

3. Guludan dan Penyiangan Gulma
Pekerjaan guludan dimaksudkan untuk melonggarkan tanah yang sudah memadat kembali, membersihkan gulma serta merangsang pembentukan akar adventif.
a. Guludan juga dimaksudkan untuk mempersiapkan pemupukan susulan.
b. Guludan ke-1 dilakukan pada umur 12 hari sampai 15 hari setinggi 20 cm.
c. Guludan ke-2 dilakukan pada umur 18 hari sampai 22 hari dengan tinggi guludan 30cm
4. Penyiraman
a. Tanaman yang baru ditanam harus disiram setiap hari selama kurang dari 5 hari yaitu sebanyak 2 liter / tanaman. Untuk hari ke enam 1liter / tanaman hingga umur 10 hari.
b. Perlakuan torapan (apabila tidak ada hujan) sebaiknya dilakukan setiap 7 hari sampai 8 hari sekali, tergantung jenis tanah dan cuaca.
c. Menjelang panen tanaman kasturi tidak memerlukan pengairan agar terbentuk daun dengan kualitas yang lebih tebal/berbodi.
d. Pemberian air yang berlebihan dapat menyebabkan daun tembakau muda muncul.
5. Pemupukan
Pemupukan dilakukukan dengan cara membenamkan pupuk kedalam tanah yaitu terlebih dahulu kita menugal sedalam 5 – 10 cm, jarak tugalan tidak boleh jauh atau terlaulu dekat melihat dari kanopi daun. Selanjutnya pupuk dimasukkan kedalam lubang dan ditutup kembali dengan tanah untuk menghindari kehilangan unsur hara akibat penguapan.
Peletakan pupuk jangan sampai mengena daun tanaman. Bila terkena segera siram dengan air pada daun tersebut. Lakukan penyiraman setelah pemupukan. Dosis pertanaman diberikan 5 gr/tanaman urea pada umur 15 hari dan 15 gram ZA/tanaman.

6. Toping dan Wiwil
Toping dilakukan apabila tanaman sudah tumbuh mosel (bunga yang masih kuncup), atau dilakukan pada saat daun ke -14 dan ke -16. penopingan dilakukan untuk mempertebal daun dan memperlebardaun karena konsentrasi pertumbuhan terpusat pada daunyang terpelihara. Ketika tumbuh tunas baru pada ketiak daun ( wiwilan ) maka tunas tersebut dibuang atau diwiwil, karena setelah penopingan ini akan merangsang pertumbuhan tunas sehingga diperlukan pengontrolan berkala untuk melihat pertumbuhan wiwilan pada batang pokok.

3. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama danpenyakit dilakukan secara intesif sesuai tujuan pengendalian yaitu menekan adanya serangan hama dan penyakit yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas tembakao. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara peracunan yaitu setiap 7 hari sekali dimulai saat tanaman berumur 7 hari, sedangkan pencarian telur hama dapat dilakukan selang waktu 3 hari sekali setelah tanaman berumur 17 hari.
4. Panen
a. Kriteria petik
1. Umur tanaman berkisar 65 hari sampai 70 hari
2. Daun tembakau telah berwarna hijau kekuningan

b. Teknik petik
1. Pemanenan dilakukan dengan pemetikan, dilakukan saat embun mulai kering pada daun.
2. Sekali petik 2 lembar daun.
3. Panen berikutnya menunggu 4 – 5 meinggu berikutnya.



I. Jadwal Kegiatan

NO KEGIATAN APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 PERSIAPAN DAN PENGOLAHAN LAHAN
2 PERSIAPAN BIBIT
3 PENANAMAN
4 PENYULAMAN
5 PEMUPUKAN
pupuk kandang
Pupuk P
Pupuk N dan K
6 Pengairan
7 Penyiraman
8 Penyiangan
9 Pemangkasan
10 Perlindungan Tanaman
11 Panen
12 Pasca Panen
















J. Rencana Biaya
a. Prasarana Produksi
1. Sewa tanah 4 bulan Rp. 2000.000,-
2. Cangkul 4unit@ Rp. 40.000 Rp. 160.000,-
3. Koret 5 unit@10.000 Rp. 50.000,-
4. gembor 5 buah @ 15.000 Rp. 75.000,-
5. Tangki semprot 2 buah @ 200.000 Rp. 400.000,- +
TOTAl Rp. 2.685.000,-
b. Sarana Produksi
1. Bibit siap tanam 3699 + 10% sulaman = 4069 bibit@ Rp.100,- Rp. 406.900,-
2. Pupuk
i. Pupuk Kandang 40 Sak@Rp.4000,- Rp. 160.000,-
ii. Pupuk urea 300 Kg @ Rp 2000,- Rp. 600.000,-
iii. Pupuk Sp 36 100 Kg@ Rp3000,- Rp 300.000,-
iv. Pupuk Zk 100 kg@ Rp 2000 Rp 200.000,-
v. Pupuk daun kristalon 3 Kg@ 11.000,-Rp 33.000,-
vi. Vitablom 5 saset @ 20.000 Rp. 200.000,-
3. pestisida
Furadan 10Kg @ Rp 15000 Rp 150.000,-
Thiodan 2 Botol 500 ml Rp 90.000,-
Curacon Rp 64.000,-
Antracol ½ Kg @ 16.000 Rp 8.000,- +
Total Rp 2.211.900,-







c. Tenaga Kerja
a. pengolahan tanag traktor Rp 300.000,-
b. pemupukan 5 HKSP @ Rp 15.000 Rp 75.000,-
c. pemangkasan bunga 10 Hksp@ Rp 15.000 Rp 150.000,-
d. dangir/penyiangan 20 Hksp @ Rp 15.000 Rp 300.000,-
e. pemupukan susulan 20 Hksp@ Rp 15.000 Rp 300.000,-
f. wiwil 10 Hksp @ 20.000 Rp. 200.000,-
g. pengairan 20 Hksp @ Rp 15.000 Rp 300.000,-
h. panen 10 Hksp @ Rp 15.000 Rp 150.000,- +
TOTAL Rp.1.775.000,+
TOTAL KESELURUHAN BIAYA Rp. 6.671.900,-




















K. DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, bambang.1998. Tembakau Budi Daya dan Analisis Usaha Tani.Yogyakarta: Kanisius.

Budidaya tanaman Artikel budidaya ikan, tanaman dan jamur Diposkan oleh Tegar Abdullah pada Kamis, 21 Januari 2010
Diposkan oleh Abror Yudi Prabowo di 23:06:00 teknik pertanian: teknis budidaya agrokomplek


























pmw cabe rAWit

A. Judul : Peluang Usaha Tani Budidaya Cabe
Rawit (capsicum annum l.)


B. Latar Balakang Masalah
Cabe rawit merupakan jenis tanaman hortikultura (sayuran)yang buahnya dimanfaatkan untuk keperluan aneka pangan (bambang cahyono,2003), yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap masakan dan penghangat badan. Dari hal tersebut lebih dikenal sebagai sayuran rempah atau bumbu dapur.
Produksi nasional cabe rata rata setiap tahunnya adalah 217.351 ton (Hendro, 2002). Oleh karena kebutuhan atau konsumsi yang semakin meningkat dan persebaran produksinya tidak merata sepanjang tahun di seluruh daerah, maka menyebabkan harga cabe tidak stabil dan tidak merata. Di suatu daerah harga cabe dapat mencapai harga yang sangat tinggi dan di daerah lain sangat murah. Stabilitas harga cabe di pasar sangat dirasa sulit, terutama bagi para petani. Misalnya pada hari hari besar (hari raya) dan pada saat tanam (paceklik), harga cabe melonjak sampai beberapa kali harga pada hari biasa. Tetapi sebalinya, pada hari hari panen harganya merosot jauh dibawah rata rata harga pasar.
Pada bulan oktober-desember dan februari-april harga cabe di beberapa kota besar pada umumnya meningkat. Hal ini sesuai dengan kenyataan, pada bulan bulan tersebut adalah musim hujan lebat. Sehingga tidak banyak orang bertanam cabe, akibatnya hasil panen (persediaan) cabe rendah (paceklik), sedangkan permintaan bertambah.

C. Rumusan Masalah
Indonesia merupakan pasar yang baik untuk usaha cabe rawit khususnya di daerah Jember. Cabai rawit memiliki peluang bisnis yang baik, wilayah pemasaran cabai rawit cukup banyak.Sekarang ini permintaan pasar terhadap cabe rawit terus meningkat karena cabe merupakan bahan pokok yang sering digunakan oleh masyarkat khususnya dalam pengolahan hasil pangan.



D. TUJUAN
1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam berwirausaha dan dalam hal pemanfaatan peluang usaha yang ada;
2. Sebagai bekal ilmu pengetahuan, baik dalam hal teknis budidaya maupun dalam hal melakukan kerja sama dengan sebuah perusahaan.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
1. Budidaya tanaman cabe akan memberikan peluang usaha bagi para Mahasiswa yang berminat untuk berusaha tani tanaman padi;
2. Dengan adanya proyek ini, diharapkan Mahasiswa dapat meningkatkan potensi untuk menjadi wirausahawan yang mandiri, sehingga nantinya Mahasiswa mempunyai semangat untuk berwirausaha di kemudian hari.

F. Manfaat
Dari hasil kegiatan ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengalaman bagi pembaca dan masyarakat untuk meningkatkan penghasilan serta berwirausaha. Dan juga sebagai proses belajar dalam berwirausaha mahasiswa.
Selain itu memberikan informasi mengenai teknik Budidaya dan pengolahan yang tepat dan memberikan pengalaman dalam bidang usaha ini. Sehingga masyrakat luas dan mahasiswa pada umumnya dapat bekerja sama untuk meningkatkan produksi cabe rawit di Indonesia

G. Gambaran Umum Rancangan Usaha
Program mahasiswa wirausaha ini akan diselenggarakan Di Jember tepatnya di wilayah lahan Politeknik Negeri Jember. selain mempunyai lahan yang strategis dekat dengan saluran air ini juga memudahkan kami dalam rangka pengontrolan.







H. METODE PELAKSANAAN
1. Tempat dan Waktu Kegiatan
Penanaman tanaman cabe rawit di lahan persawahan Politeknik Negeri Jember . Dan dilakukan pada bulan maret s/d mei 2011 karena pada saat bulan itu sangat baik buat budidaya tanaman cabe.

2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk membantu kegiatan ini adalah: Cangkul, sabit, tugal, knap sack spreyer, timba, kenca, pompa air (diesel), sak.
Bahan yang diperlukan adalah: Bibit cabe merah, pupuk urea, SP-36, NPK, Puradan 3G, insectisida, dan herbisida.

3. Metode Pelaksanaan Di Lahan
Program MAhasiswa Wirausaha (PMW) ini dilaksanakan pada lahan
2500 m2 dengan pengolahan lahan sebanyak 2 kali, menggunakan Jarak tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar lubang dan 60 – 70 cm untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau zig-zag. Dengan 1 bibit tanaman perlubang tanaman . dan hasil produksi serta pemasaran dilakukan analisa usaha tani.

Program kegiatan wirausaha ini dilakukan di Kabupaten Jember. Lahan kegiatan ini ditempati melalui perijinan dari pihak upt Politeknik Negri Jember.. Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan juli –oktober 2010. Buat bedengan dengan ukuran lebar 100 – 110 cm dengan ketinggian bedengan 50 – 60 cm dan lebar parit 50 – 60 cm . Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan.
Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk NPK grand S-15, 2 kg untuk 10 meter panjang bedengan atau 2 ton / hektar.
Tahap berikutnya adalah pemasangan mulsa plastic hitam perak yang berguna untuk menekan perkembangbiakan hama dan penyakit, pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah serta dapat mencegah terjadinya pencucian pupuk.

3.1 Pengolah Tanah
Lahan yang akan dipakai tempat penanaman harus dibersihkan dari segala macam gulma dan akar bekas tanaman lama, agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan untuk menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan penyakit. Apabila lahan banyak ditumbuhi gulma, pembersihannya lebih baik menggunakan Herbisida Sistemik seperti Rambo 480AS dengan dosis 2 sampai 4 liter per Hektar.
Selanjutnya lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak maupun dengan bajak traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di tanah.

3.2 Teknik Penanaman
Jarak tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar lubang dan 60 – 70 cm untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau zig-zag.
Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10 cm dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai jarak tanam yang dianjurkan .
Pembuatan lubang pada mulsa dapat juga menggunakan system pemanasan dengan menggunakan kaleng dengan diameter kurang lebih 8 – 10 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara menugal tanah sedalam 8 – 10 cm.
Bibit cabe dipersemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3 atau 4 daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan insektisida 1 – 3 hari sebelum dipindahtanamkan untuk mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam
Seleksi dan pengelompokan bibit berdasarkan ukuran besar kecil dan kesehatanya. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung dimasukkan pada lubang tanam. Kemudian lakukan pemasangan lanjaran atau ajir, dipasang di samping lubang tanam.




3.3 Pemeliharaan Tanaman
Setelah tanaman berumur 7 – 14 hst , tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan normal atau mati perlu dilakukan penyulaman dengan bibit yang masih ada di persemaian.
Jika pada lubang tanam tumbuh gulma, maka perlu dilakukan penyiangan dengan cara mencabut . Pengendalian gulma perlu dilakukan pada gulma yang tumbuh di parit dengan menggunakan cangkul atau dengan herbisida Rambo 480AS. Pada saat aplikasi nozelnya perlu diberi sungkup agar semprotan herbisida tidak mengenai tanaman cabe.
Pewiwilan perlu dilakukan pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada dibawah cabang utama dan bunga pertama yang muncul pada cabang utama. Pewiwilan ini dilakukan agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat optimal.
Pengikatan dilakukan saat tanaman umur 10 – 15 hst dengan mengikatkan batang yang berada dibawah cabang utama dengan tali plastic pada lanjaran atau ajir. Pada saat tanaman berumur 30 – 40 hst, ikat tanaman diatas cabang utama dan ikat juga pada saat pembesaran buah yaitu pada umur 50 -60 hst.
3.4 Pengairan
Pengairan dilakukan setiap 7 – 10 hari atau tergantung kondisi lahan dengan cara menggenangi atau leb. Pada waktu pelepasan air dari petak penanaman harus dilakukan dengan pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman.
3.5 Pemupukan Susulan
Untuk memacu pertumbuhan tanaman, dianjurkan untuk melakukan pengocoran mulai umur 7 sampai 60 hst dengan NPK Grand S-15 konsentrasi 7 gram per liter sebanyak 250 cc pertanaman dengan interval 7 hari . Setiap pengulangan pengocoran konsentrasi pupuk dinaikkan 2 gram per liter. Pada saat tanaman berumur 30 hst, pemupukan susulan pertama dilakukan dengan memberikan campuran pupuk NPK Grand S-15 150 kg/Ha dan Urea 40 Kg/Ha. Pemupukan dilakukan dengan cara melubangai mulsa dan menugal pada sisi tanaman dengan jarak 15 cm.
Selain tanaman dikocor, dianjurkan juga disemprot dengan pupuk daun Mamigro Super N atau NPK spesial atau dengan Gardena D dengan konsentrasi 2 – 5 gram / liter air mulai umur 7 sampai 30 hst dengan interval pemberian 7 – 15 hari.
Pupuk susulan kedua dilakukan saat tanaman berumur 40 hst dengan memberikan pupuk NPK Grand S-15 300 kg / Ha.
Pada saat tanaman berumur 50 hst, pupuk susulan ke tiga dilakukan dengan memberikan pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 350 kg/Ha.
Untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah, dianjurkan untuk dilakukan penyemprotan dengan pupuk daun Mamigro Super P atau NPK Spesial, Gardena B atau dengan Pupuk Mikro Fitomic . Konsentrasi untuk Fitomic adalah 1,5 – 2,5 cc / liter dengan interval pemberian 10 – 15 hari.
Pemupukan susulan ke empat dilakukan saat tanaman berumur 60 hst. Pupuk yang diberikan adalah pupuk NPK Grand S-15 dengan dosis 200 Kg/Ha.
3.6 Hama Dan Penyakit Tanaman Cabe
Hama yang sering menyerang tanaman cabe adalah :

• Ulat tanah atau Agrotis Ipsilon
• Thrips
• Ulat grayak atau Spodoptera litura
• Lalat buah atau Dacus verugenius
• Aphids hijau /kutu daun
• Tungau / mite
• Nematode puru akar

3.7 Panen
Pada saat tanaman berumur 75 – 85 hst yang ditandai dengan buahnya yang padat dan warna merah menyala, buah cabe siap dilakukan pemanenan pertama. Umur panen cabe tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabe dapat dipanen setiap 2 – 5 hari sekali tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar.
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan agar cabe dapat disimpan lebih lama. Buah cabe yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabe sehat. Pisahkan buah cabe yang rusak dari buah cabe yang sehat.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan.

3.8 Pasca Panen Cabe
Hasil panen yang telah dipisahkan antara cabe yang sehat dan yang rusak, selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga cabe tetap segar .
Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar eksport.
Setelah buah cabe dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu dilakukan untuk melindungi buah cabe dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan dapat dibuat dari berbagai bahan dengan memberikan ventilasi. Cabe siap didistribusikan ke konsumen yang membutuhkan cabe segar.
Dengan penerapan teknologi budidaya, penangganan pasca panen yang benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan produksi cabe yang saat ini banyak dibutuhkan.
3.9 Pemasaran
Pemasaran cabe merah dilakukan secara langsung pada konsumen atau pada pengepul. Kegiatan ini dilaksanakan di sekitar daerah kecamatan Ambulu jalur tata niaga cabe merah dari produsen ke konsumen adalah sebagai berikut:
















J. Rancangan biaya
NO Uraian SATUAN JUMLAH HARGA SATUAN TOTAL HARGA
1 Sewa tanah Ha 0.25 8000000 2000000
2 Bibit buah 6000 100 600.000
3 Tangki semprot buah 1 65.000 65000
4 cangkul buah 2 25.000 50000
5 sabit buah 5 3.000 15000
6 keranjang buah 2 5000 10000
7 kored buah 2 4000 8000
8 gembor buah 2 10.000 20000
9 Ember plastik buah 2 7000 14000
10 benih pak 2 12.000 24000
11 Pupuk kandang Ton 4 35.000 140000
12 urea kg 300 1500 450000
13 Vitablom saset 10 16000 160000
14 SP 36 KG 170 2000 510000
15 npk kg 100 7.000 700000
16 Furadan kg 10 15.000 150000
17 HKO Orang 40 15000 600000
18 Insektisida decis Paket 2 75000 150000
19 Fungisida antracol paket 2 75000 150.000
20 Pengolahan tanah traktor ha 0.25 1200000 300.000
21 Pengolahan tanah cangkul Hko 5 15000 75000
22 Karung buah 5 5000 25000
TOTAL BIAYA Rp 6.216.000,-













K. Daftar pustaka

- Adhi,santika.1995. Agribisnis cabai . Jakarta : penebar Swadaya
Cahyono, Bambang. 2003. Cabai Rawit . Yogyakarta : kanisius
- Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

- http://id.wikipedia.org/wiki/Cabai_rawit

Jumat, 09 April 2010

diktat tembakau

BAB I
PENDAHULUAN

Tembakau sebagai komoditi yang pada umumnya dibudidayakan oleh petani, memiliki peranan sangat penting dalam pereknomian Nasional dari dulu hingga masa mendatang baik dari aspek penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan Negara, pendapatan petani maupun sektor jasalainnya. Perkembangan komoditi ini merupakan bagian tak terpisahkan sejalan dengan maju mundurnya Industri rokok.
Oleh karenanya perhatian pemerintah terhadap komoditi ini cukup besar yang tertuang dalam upaya pembangunan perkebunan rakyak melalui proyek intensifikasi didaerah tradisional, sekaligus menunjang keberhasilan pembangunan serta lain utamanya sektor industri
Pada saat ini industri tembakau Voor-Oogst tampaknya masih memiliki prospek cukup baik, hal ini didasarkan atas konsumsi rokok dalam negeri masih relative rendah dan ada kecenderungan meningkat sejalan dengan perkembangan penduduk dan peningkatan pendapatan per kapita
Pasar tembakau khususnya Voor-Oogst sebagai bahan campuran dalam perusahaan pembuatan rokok kretek masih terbuka cukup luas dengan memperhatikan kualitas permintaan masing-masing pabrikan.
Mengingat pentingnya sumbangan industri tembakau ini terhadap kehidupan social ekonomi masyarakat baik sektor informal maupun formal maka pemerintah melalui kebijaksanaan perangkat lunak berupa peraturan-peraturan tetap akan membantu kelangsungan industri rokok ini.
Pemakaian tembakau Voor-Oogst ini sangat dipengaruhi oleh sektor kualitas atau dengan kata lain faktor kualitas sangat dominan, karena itu komoditi tembakau disebut 2 Fancy product. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kualitas tembakau, antara lain galur, pembibitan, pengolahan tanah, iklim, jarak tanam, pemetikan, pengeringan dan lain-lain.
Mengingat peranan tembakau masih dirasakan sangat penting, maka komoditi ini masih tetap dibina dengan memperhatikan keseimbangan antar penyediaan dan kebutuhan

A BOTANI TANAMAN TEMBAKAU
1. Sistematik
Tanaman tembakau termasuk famili solanaceae bersama dengan tanaman lain, misalnya : solanum tuberosum,solanum melongena, solanum licopersicum, dan capsicum annum. Famili solanaceae mempunyai 85 genus, yaitu terdiri dari ± 1.800 spesies. Nicotiana merupakan genus yang paling banyak dibudidayakan sehingga dijadikan induk.

2. Morfologi Tanaman Tembakau
a. Bagian Akar
Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas pada tanah yang subur dan bukan berasal dari bibit cabutan. Tanaman dari bibit cabutan terkadang mengalami gangguan kerusakan akar. Jenis akar tunggang pada tanaman tembakau yang tumbuh sumbur terkadang dapat tumbuh sepanjang 0,75 m. Selain akar tunggang, terdapat pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar. Pertumbuhan perakaran ada yang lurus, berlekuk, baik pada akar tunggang maupun akar serabut. Banyak sedikitnya perakaran sangat bervariasi tergantung berbagai macam faktor jenis tanah dan kesuburan tanah. Akar yang terputuskan pada saat pendangiran daya rangsang pertumbuhannya lebih tinggi.
Dalam tingkat kesuburan tanah yang maksimal, pertumbuhan akar adventif dapat mencapai panjang lebih dari 2m. Bila pengolahan tanah baik, akar adventif terdapat pada kedalaman1 cm- 30 cm. Akar tumbuh terbanyak pada kedalamna lapisan tanah 15 cm-20cm dari permukaan tanah atas.Akar tanaman tembakau kurang tahan terhadap tanaman yang berlebihan
b. Bagian Batang
Batang tembakau ada yang bercabang, biasanya tanaman tembakau akan bercabang apabila bagian titik tumbuhnya terputus, sehingga merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru. Apabila bagian batang dibelah di dalamnya terdapat empulur.
c. Bagian daun
Daun tembakau dangat bervariasi, ada yang berbentuk ovalis, oblongos, dan ovatus. Daun-daun tersebut mempunyai tangkai yang menempel langsung pada bagan batangnya. Jumlah daun yang dapat dimanfaatkan dalam setiap batangnya dapat mencapai 16 helai daun. Zat hijau daun mmenyebabkan warna hijau muda hingga hijau tua pada daun.
d. Bagian Bunga
Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk seperti terompet. Benang sari berjumlah lima buah. Warna bunga dalam satu malai ada yang kemerah-merahan dan putih. Bakal buah terdapat pada bagian dasar bunga. Biji-bijian sangat kecil, dengan jumlah mencapai ribuan per batang, sehingga untuk kebutuhan pembibitan tidak kesulitan. Benih tembakau dapat dihasilkan dari kebun sendiri, dengan pemeliharaan bunga hingga berbuah sampai tua untuk keperluan penanaman pada musim berikutnya.
Proses masaknya buah setelah terjadi pembuahan kadang-kadang memerlukan lebih dari 20 hari. Sementara itu proses pembuahan kadang-kadang memerlukan waktu sekitar 1,5 hari setelah penyerbukan. Jadi untuk mencapai clean seed, dalam setiap karangan bunga yang hendak dijadikan benih perlu dilindungi terhadap adanya penyerbukan silang. Hal ini dilakukan dengan isolasi sebelum terjadi penyerbukan hingga terjadinya proses pembuahan sampai selesai.
Dari warna bunga kemerahan-merahan dan putih, akan terjadi perubahan warna pada biji menjadi cokelat muda kehitam-hitaman. Setiap pertumbhan yang normal, dalam satu tanaman terdapat ± 300 buah dan setiap buahnya berisi biji-biji sebanyak ± 2.500 butir

BAB II
SYARAT TUMBUH TANAMAN TEMBAKAU

A. KEADAAN TANAH
Tipe tanah yang berstruktur remah, sedikit berpori, pasir halus dengan aerasi yang lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau. Dengan tipe tanah semacam ini ada harapan besar untuk mendapatkan hasil daun yang tipis, elastis, dan warna krosok cerah, asalkan dalam pembudidayakannya baik, tepat musim, kondisi air curing dan fermentasi yang optimal.
Peranan tanah pada budidaya tembakau disamping untuk memperoleh pertumbuhan yang normal, juga merupakan faktor pembatas bagi diperolehnya kualitas hasil. Persediaan air yang cukup dalam tanah sangat diperlukan, karena system perakarannya relative dangkal, akan tetapi sebaliknya tanaman tembakau dapat tumbuh baik pada pH 5,5 – 6,5. Pada umumnya tanah yang mudah meluluskan air lebih sesuai untuk penanaman tembakau.

B. KEADAAN IKLIM
Keberhasilan usaha pertanaman tembakau sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim selama masa pertumbuhannya. Faktor-faktor iklim yang berpengaruh antara lain curah hujan., Kelembaban, penyinaran dan suhu. Diantara faktor-faktor tersebut curah hujan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya.
Tembakau musim kemarau ditanam pada akhir musim penghujan dan dipanen pada musim kemarau. Umumnya tembakau pada musim kemarau daunnya lebih tebal dari pada tembakau pada musim penghujan. Penurunan produksi terjadi kalau musim menyimpang dari kebiasaan yang diramalkan. Dengan demikian faktor iklim memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan penanaman tembakau ini sehingga diharapkan adanya kerjasama secara insentif dengan Badan Metereologi dan Geofisika dalam mengusahakan penyajian data perkiraan sifat iklim yang akan terjadi dalam suatu musim tanam.
BAB III
PEMBIBITAN

A. PERSIAPAN PEMBIBITAN
Keberhasilan penanaman tembakau banyak dipengaruhi kondisi bibit yang ditanam. Untuk mendapatkan bibit yang baik, sehat, kuat dan tepat waktu untuk penanaman perlu penanganan pada pembibitan secara serius dan intensif. Salah satu penunjang keberhasilan penyediaan bibit tembakau selama ini adalah dengan menggunakan polybag. Namun demikian keberhasilan tersebut belum diimbangi dengan keseragaman besarnya bibit, terutama pada bibit yang berada diposisi tengah dan belakang dari bedengan. Kenyataan ini disebabkan oleh penerimaan intesitas matahari yang kurang merata pada bedengan. Oleh karena itu masih diperlukan upaya untuk mendapatkan bibit yang mempunyai sifat morfologis yang baik dan seragam serta jumlah yang cukup memadai. Penggunaan atap plastik yang atapnya berbentuk sungkup merupakan salah satu alternative untuk mengatasi permasalahan tersebut. Menurut Hartana (1978) penggunaan atap plastik setebal 0,15 mm atau 0,33 mm menunjukkan pertumbuhan bibit lebih cepat dan rata sebab penerimaan penyinaran lebih merata. Penggunaan bedengan atap plastik yang berbentuk sungkup akan menghasilkan bibit yang mempunyai sifat morfologis yang baik, sehat,kuat, jumlah daun lebih banyak, jumlah bibit layak tanam juga akan lebih banyak dan keseragaman lebih merata. Dari segi efisiensi lebih baik dan biayanyapun lebih murah serta dapat memanfaatkan material-material bekas yang tidak terpakai.

B.PEMBUATAN MEDIA KOMPOS SSK
Pembuatan media kompos dengan cara fermentasi serbuk kelapa (SSK) stapelan yang dipakai dengan luas dasar 10 m persegi. Bahan campuran yang dipergunakan adalah SSK 5.000 kg, pupuk kandang 500 kg., tanah halus 250 kg, kapur halus 250 kg, urea 150 kg, SP36 50 kg dan ZK 50 kg. Stapelan diberi dinding tabing dengan ukuran tinggi ± 2,5 m. Agar temperature dapat berjalan dengan baik, maka pemberian air pada waktu pembuatan stapelan pada tiap-tiap sap disiram air sebanyak 8 – 10 gembor.
Stapelan diberi thermometer di tiga tempat ditengah-tengah bagian bawah pada ketinggian 65cm, ditengah-tengah pada ketinggian 110 cm dan diengah-tengah bagian atas pada ketinggian 150 cm. Temperatur yang diharapkan dapat mencapai 60 derjat C sampai akhir pembongkaran. Pembalikan dilakukan 2 kali pada umur 3 sampai 4 minggu. Setelah dibongkar media kompos SSK diayak dengan ayakan.
Pekerjaan pembuatan sosis dilakukan di gudang pengeringan lantai gudang pengering sekitar tempat pembasamidan diracun ekstra dengan kocide 77 ( 20 gram/saval)
Usaha mendapatkan tanah olah yang baik dan kering sesuai kebutuhan tanah diayak dan tanah ayakkan tersebut dicampur dengan kompos SSK dengan pembandingan 1 SSK : 3 tanah ayakan. Hasi pemcampuran tersebut dibentuk bedengan dengan ukuran panjang 10 cm, lebar 1 cm dan tinggi 20 cm yang sudah dialasi plastic bekas yang tidak bocor. Jumlah campuran = 2 meter kubik cukup untuk 1.500 sosis
Bedengan campuran diberi basamid sebanyak 400 gr kemudian diaduk-aduk sampai rata sambil disiram air sedemikian rupa sehingga tanah campuran tersebut dalam keadaan lembab. Bedengan tersebut ditutup plastic rapat selama satu minggu. Setelah sat minggu plastic dibuka, bedengan dicacah berlang-ulang selama 2 minggu, maka siap diisikan ke plastic sosis. Plastik lebar 5 cm tebal 0,02 mm dipotong potong panjang 1 m, salah satu ujungnya tertutup. Sosis tersebut dipotong untuk menjadi polybag dengan panjang potongan 5 cm. Pemotongan dilaksanakan di lorong bedengan dalam kompleks bedengan. Setelah dipotong kemudian satu persatu diambil untuk ditaruh dan disusun diatas bedengan dengan berjajar dua-dua jarak ke barisan yang lain 2-3 cm.



C. PERSIAPAN BEDENGAN TEMPAT PEMBIBITAN
Dalam mempersiapakan bedengan tempat pembibitan harus memperhatikan lokasi media terbuka, komplek bedengan diusahakan berada ditengah atau didalam lahan tanaman. Mudah mendapatkan air bersih atau air sumur, harus bersih lingkungan dari tanaman inang sumber sektor hama dan penyakit. Dipilih tanah sawah berlapis olah tebal, mudah melepaskan air tetapi tidak lekas kering karena berpasir.
Tanah untuk pembibitan dipilih tanah yang subur, tidak becek atau bebas banjir. Tanah perlu dikerjakan baik-baik, sehingga terdapat tanah yang gembur, tidak bergumpalan terlalu besar dan merata, tidak terlalu teduh karena berada dibawah pohon pohonan yang rindang akan mengandung bahaya penyakit.
Bedengan sebar dan bedengan tanam dibuat sama, hanya bedengan sebar permukaannya ditumpangi nampan kasa plastik ukuran 20 x 25 cm, diatasnya disebari media setebal 1 cm. Sedangkan bedengan tanaman dilapisi plastik. Perbandingan jumlah bedengan sebar dan bedengan tanam 1;5. Diantara jarak 21 m arah utara selatan dibuat 2 bedeng memanjang dengan ukuran permukaan bedengan efektif panjang 8,5 meter lebar 1,05 m arah utara selatan dengan kemiringan permukaan ± 6 derajat.
Atap bedengan dibuat dari plastik dan waring dengan susunan waring plastik-waring plastik disatukan dan dijahit dengan ukuran panjang 5 cm lebar 2,4 m tebal plastic 0,6 mm dan warna polos. Panjang waring 5 cm lebar 2,4 m. Kerangka waring dibuat dari kawat BWG 10 yang dilengkung di atas bedengan dengan menusuk bambu galur sebagai puncak permukaan atap bedengan.

D.PENABURAN BENIH PADA BEDENGAN SEBAR
Penaburan benih pada bedengan sebar dilakukan pada pukul 0.6.00 atau 14.00 – 14.30 WIB. Sebelum menabur permukaan sebar atau semaian disiram dulu dengan air. Sebaran benih harus merata pada semua permukaan bedengan. Supaya penyebaran benih merata maka waktu menyemai benih dapat diaduk dengan abu dapur sebelum ditaburkan.
Untuk tiap-tiap 8 m persegi bedengan memerlukan 1 gram benih, yang setiap gramnya berisi ± 12.000 butir benih. Kerapatan benih yang idial dalam bedengan persemaian kira-kira 400 batang per meter persegi yang berarti jarak bibit satu sama lainnya 5 cm.Bibit yang terlalu rapat biasanya berkualitas jelek yaitu akan terjadi etiolasi. Keperluan bedengan untuk 1 Ha pertanaman tergantung pada jarak tanamannya dan ukuran bedengan.

E. PEMELIHARAAN PEMBIBITAN
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara teratur sesuai dengan kebutuhannya. Pada umur ± 10 hari bibit hendaknya diperjarang dengan jarak kira-kira 5 cm, sehingga dalam 1 meter persegi luas akan diperoleh ± 400 batang bibit. Semakin lanjut umur bibit, semakin dikurangi interval penyiraman, hingga pada umur 1 bulan hanya satu kali penyiraman dan itu disiram bila perlu saja.

2. Pengendalian Hama Pada Bibit
Untuk menghindari serangan cendawan seperti Phytoptora Nicotianae (penyakit lanas) perlu diadakan penyemprotan dengan Dithane M-45 (konsentrasi 0,25) atau Koperoksiklarida (konsentrasi 0,5 %). Untuk mencegah serangan hama dicampur dengan insektisida seperti misalnya Thiodan (0,10%). Penyemprotan dilakukan empat hari sekali. Kalau hujan banyak maka diadakan penyemprotan tambahan karena lapisan pestisida di atas daun mudah larut oleh air hujan

3. Pemindahan Bibit
Umur bibit yang baik untuk dipindahkan antara 35-40 hari. Pencabutan bibit dapat dilakukan beberapa kali dan pertama-tama memilih bibit yang baik tumbuhnya dan demikian seterusnya. Bibit yang dicabut pada pagi hari, harus pada sore hari itu juga ditanam. Untuk mengurangi kematian dijaga jangan sampai layu dan dalam mengangkut bibit perlu dimasukkan dalam keranjang terutama bila lapangan yang akan ditanami cukup jauh dari persemaian. Oleh karena itu waktu mencabut tanah bedengan harus berikut akar. Cara mencabut bibit yaitu 2 helai dan terbesar yang dipegang kemudian ditarik, maka tercabutlah bibit tanpa rusak. Sebaliknya tidak boleh batangnya dipegang karena batang masih dalam keadaan lemah.























BAB IV
PENGOLAHAN TANAH

A.PENGOLAHAN TANAH
Untuk mencapai nilai pengolahan tanah yang intensif, hendaknya dilaksanakan seawal mungkin, sesaat sesudah tanaman sebelumnya dipanen, agar tanah mempunyai waktu cukup untuk penguapan asam-asam tanah. Persiapan dan pengolahan tanah di kebun perlu memperhatikan jadwal semai dan umur bibit pindah taman. Umur bibit pindah taman adalah 35 – 55 hari, sedangkan lama persiapan tanah yang baik untuk siap taman adalah dua bulan (60 hari ). Jadi, persiapan dan pengolahan tanah adalah 25 – 55 hari sebelum semai, tergantung pada umur bibit yang akan dipindah taman.
Sebelum tanah diolah dibiarkan kering selama 1 bulan (diberokan) Brujulan dilakukan seawal mungkin, guna memperoleh derajat keasaman yang tepat, sebab sawah yang ditanami padi mempunyai derajat keasaman (pH) 4-5, sedangkan untuk tanaman tembakau agar dapat hidup baik memerlukan pH sekitar 6. Kenaikan pH dapat diperoleh dengan pengolahan tanah secara baik dan diangin-anginkan selama mungkin.
Pengolahan tanah diolah yang pertama dibajak dengan traktor atau dengan bajak yang ditarik hewan. Pembajakan tanah dilakukan sedalam 40 cm-60cm karena perakaran tanaman tembakau cukup dalam. Dengan pembajakan itu, bagian tanah yang berada di dalam dapat terbalik dan terangkat ke atas ( ke permukaan ) Pembrujulan yang baik dilakukan paling sedikit tiga kali dan dilakukan sedalam mungkin.
Semakin sering tanah diolah semakin baikpengaruhnya terutama terhadap hasil dan kualitas serta secara tidak langsung pathogen dalam tanah ikut terbunuh oleh terik matahari.
Pada brujulan pertama, tanah hasil bajakan dibiarkan selama satu minggu agar bongkaran-bongkaran tanah dapat terangin-anginkan dan terkena panas sinar matahari. Perlakuan ini merupakan tindakan desinfection pada tanah secara alami karena terjadi proses pemasaman (oksidasi) zat zat beracun (asam sulfida) yang berasal dari dalam tabah. Dengan demikian, tanaman terhindar dari racun asam sulfida. Disamping itu, sumber-sumber penyakit, seperti jamur phytopthora nicotiabae yang dapat menyebabkan penyakit lanas pada tanaman tembakau dapat hilang.
Seminggu kemudian dilakukan lagi pengolahan tanah tahap kedua. Pada pengolahan tahap ke dua ini, tanah digemburkan dengan cangkul sehingga bongkahan-bongkahan tanah hancur dan diperoleh struktur tanah yang remah (gembur). Kemudian, tanah diratakan dan dibiarkan lagi selama satu minggu agar terangin-anginkan dan terkena sinar matahari.
Seminggu setelah pengolahan tanah yang kedua, tanah diolah lagi dengan dicangkul atau dibajak lagi. Tujuannya adalah membalik tanah kembali sehingga tanah berada di dalam permukaan lagi. Pada tahap tanah yang kedua ini dapat dilakukan pemupukan dasar dan pengapuran apabila kondisi tanah terlalu asam. Pemupukan dasar dilakukan dengan pupuk kandang yang telah terjadi. Pupuk kandang yang belum jadi masih mengeluarkan energi panas sampai 75 derajat selsius akibat masih berlangsungnya penguraian dan pembusukan. Di samping itu, upuk kandang yang belum jadi umumnya mengandung bibit-bibit penyakit. Dengan demikian pupuk kandang yang belum jadi dapat membahayakan mematikan tanaman. Pupuk kandang yang telah jadi memiliki struktur yang remah, tidak basah, dan tidak terlalu kering. Pupuk kandang sangat baik sebagai pupuk dasar karena dapat memperbaiki struktur tanah (daya ikat tanah menjadi baik), memperkaya bahan orbanik tanah , dan dapat menahan air dalam tanah. Dosis pupuk kandang adalah sebanyak 25 – 30 ton/ha. Adapun untuk pengapuran dapat dapat dilakukan dengan kapur tohor, kapur karbonat, atau kapur tembok. Selain itu dapat menggunakan kapur karbonat atau dolomit. Selanjutnya, tanah dibiarkan lagi selama satu minggu agar terjadi reaksi antara tanah, pupuk kandang, dan kapur
Seminggu sesudah itu dilakukan pengolahan tanah secara ringan sekaligus dibentuk bedeng-bedeng dan parit-parit. Bedeng berfungsi untuk tempat penanaman bibit dan parit-parir berfungsi untuk saluran irigasi dan drainase. Penanaman tembakau biasanya menggunakan baris tunggal, maka ukuran lebar bedeng tidak perlu terlalu besar, cukup selebar 40 cm dan tinggi bedengan juga sekitar 50 cm. Dengan demikian, tanaman tembakau terhindar dari genangan air hujan.
Jarak antar bedengan adalah 90 cm-100cm dan jarak antar guludan merupakan lebar parit. Jarak antar bedengan dapat pula dibuat 90 cm-100cm setiap dua baris tanaman atau guludan dan jarak dua guludan tersebut sekitar 50 cm. Dengan demikian, lebar parit pada dua guludan adalah 50 cm dan lebar parit setiap dua guludan 90 cm-100cm. Sekeliling petak-petak guludan (bedeng) dibuat saluran pembuangan air dengan lebar 60 cm dan dalam 60 cm. Arah bedengan yang baik adalah membujur arah timur- barat karena sinar matahari dapat diterima secara merata oleh seluruh tanaman. Setelah selesai pembuatan bedeng dan arit-parit, tanah dibiarkan lagi selama satu minggu agar terangin-angin dan terkena sinar matahari. Satu minggu kemudian tanah bedengan digemburkan lagi dengan dicangkul tipis-tipis. Pada tahap ini tanah telah siap ditanami.
Pengolahan tanah yang intensif dapat menciptakan media tanam yang baik sehingga pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil dapat meningkat. Pengolahan tanah yang intensif dapat meningkatkan peredaran udara (oksigen) di dalam tanah, meningkatkan tata air, meningkatkan penguraian zat-zat hara, meningkatkan aktivitas biologis tanah sehingga mempercepat proses penguraian bahan organic tanah (humus) menjadi zat yang bermanfaat bagi tanaman. Di samping itu, pengolahan tanah dapat menghilangkan zat- zat beracun di dalam tanah, tanah menjadi bersih dari tanaman lain dan rumput-rumput yang mengganggu pertumbuhan tanaman tembakau, kesuburan tanah terpelihara, dan memudahkan pemeliharaan tanaman di kebun



1. Pengolahan Tanah dengan Pembrujulan
Pembrujulan ditanah ringan dibuka tanpa dibasahi terlebih dahulu. Ditanah yang berat, bila terpaksa dibasahi, agar pembrujulan dilaksanakan pada kondisi tercapainya jangka olah, pembrujulan dilakukan sedalam lapis olah. Pengolahan terbagi menjadi dua tahap yaitu pembrujulan (pembukaan tanah) dan penggaruan (penghalusan), pojokan dicangkul. Setiap pasang sapi dapat menyelesaikan 1/8 Ha. Per hari kerja. Jadi 1 Ha memerlukan 8 pasang sapi, sehingga setiap Ha sampai pengolahan masak tergantung derajat beraat tanah memerlukan 24-32 pasang sapi

2. Pengolahan Tanah dengan Penebalan Lapis Olah dengan Penggarpuan
Mula-mula dilakukan pembrujulan/pembalikan setebal lapis olah, dipasang ajir (trocok) sesuai jarak larikan 70 x 100cm (jarak tanaman 100 x 70 x 45 cm ) atau jarak larikan 60 x 100 cm ( jarak tanaman 100 x 60 x 45 cm ). Tanah atas/tanah olah dengan jarak 60 cm atau 70 cm dikesampingkan dibentuk gudulan sementara dan pada waktunya ditanami sesuai jarak tersebut. Tanah dibawahnya digerjuk sedalam satu cangkul, jika masih mungkin lebih dalam pakai garpu. Saat gulud 1, setelah tanah gerjugan kering, tanah yang dikesampingkan dikembalikan lagi dan dibentuk guludan sesungguhnya. Tanah bagian bawah pada jaeak 100 cm digerjuk dan setelah kering saat gulud ll dibumbunkan sehingga guludan tambah tinggi

3. Pembersihan Sisa Tanaman
Sebelum dilakukan pembrujulan, sisa tanaman harus dikumpulkan ketepi dan dibakar. Dilarang membenamkan sisa-sisa tersebut karena dapat menjadi sarang hama antara lain ulat tanah disamping menjadi sumber penyakit

4. Penentuan Jarak Tanam
Setelah bedeng-bedeng siap ditanami, jarak tanam ditentukan dengan memberikan tanda dan setiap tanda dilubangi untuk tempat penanaman bibit. Jarak tanam yang ditentukan untuk budi daya tembakau dapat beragam menurut jenis/tipe tembakau yang ditaman dan tujuan dari penanaman. Jarak tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, pembentukan kualitas daun, dan jumlah produksi per satuan luas.
Menurut Voges (1984), tanaman tembakau yang ditanam dengan jarak tanam rapat (jumlah populasi 20.000 – 30.000 tanaman / ha) menghasilkan daun lebih kecil dari lapis. Apabila tujuan penanaman menghendaki daun yang tipis dan halus, maka jarak tanam harus rapat. Misalnya, jenis tembakau cerutu yang menghendaki daun tipis dan halus, maka jarak tanamnya adalah 90 cm x 70 cm.





















BAB V
PENANAMAN

A. PERSIAPAN TANAM
1. Persiapan Tanah
Sebelum sawah atau tegal ditanami tembakau terlebih dahulu perlu tanag dikeringkan kalau keadaan masih basah atau becek
Pematang dan talud petak sawah dibersihkan dari tumbuhan/rerumputan pengganggu (gulma) dan tanaman inang hama dan penyakit, mengurangi sumber hama dan penyakit serta serangga vaktor penyakit virus tembakau. Tanah dibrujul masak kemudian dihaluskan permukaannya sampai rata, sisa tanaman yang masih ketinggalan maupun yang semula tertimbun mudah ketahuan. Kemudian dibersihkan dari sisa tanaman yang masih ketinggalan.
Selokan-selokan digali, kemubian tanah dibuka dengan cangkul atau bajak, sehingga lapisan atas tanah dibuka dan dibalik. Tanah yang terbuka ini dibiarkan selama 7 sampai 10 hari supaya gumpalan tanah yang sudah terbalik mendapatkan sinar matahasi secukupnya. Kemudian tanah dibagi-bagi menjadi jalur-jalur dengan lebar 1 m sampai 1,20 meter.Kalau perlu dapat digali selokan-selokan agar air mudah dibuang.

2.Pemasangan Patok Kepala dan Tanaman
Patok kepala dari bambu yang dibelah di tancapkan cukup kuat, bagian di atas tanah yang setinggi 1 meter dikapur putih. Patok kepala menjadi patok pangkal bagi patok tanaman. Jarak antara patok kepala latikan tunggal 9 meter, larikan ganda 15 meter. Pemasangan patok tanaman (tracok atau ajir tanaman adalah larikan ganda dengan ukuran 100 cm x 70 cm, atau 100cm x 60 cm. Arah larikan untuk medan datar arahnya utara selatan, untuk medan miring/ bergelombang sejajar garis tinggi (kontur) atau tegak lurus miringnya tanah. Untuk tali tanam (kenca) dipersiapkan terlebih dahulu sesuai sistim larikannya. Tiap Ha dibutuhkan 2 gulung.
3. Cara Penanaman
Pemindahan bibit dari persemaian ke kebun harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak perakaran tanaman. Perakaran yang rusak dapat menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan dapat meyebabkan kematian tanaman. Pemnindahan bibit tembakau ke kebun tergantung pada cara penyemaian bibit. Perpindahan bibit yang berasal dari kantong polybag lebih mudah dilakukan, kani sebelum bibit diambil dari kantong polybag hendaknya dibasahi terlebih dahulu. Selanjutnya bibit beserta tanahnya dikeluarkan dari kantong polybag. Caranya kantong polybag dibasahi terlebih dahulu agar tabah media semai tetap menyatu dengan bibit. Kemudian, kantong plastik dirobek dengan pisau atau catter dan bibit bersama tabahnya dikeluarkan. Dengan demikian, perakaran tanaman tidak rusak. Caranya memindahkan bibit yang berasal dari kotak pesemaian atau dari bedeng pesemaian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Sistem cabutan : sebelum bibit dicabut, tanah pesemaian dibasahi terlebih dahulu untuk memudahkan pencabutan. Kemudian, bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak perakaran. Pencabutan bibit dari bedengan ini tidak menyertakan tanahnya.
b. Sistem putaran : sebelum bibit dicabut, tanah pesemaian dibasahi terlebih dahulu untuk memudahkan pencabutan. Pencabutan dapat dilakukan dengan cangkul atau cetok. Dengan demikian, bibit beserta tanahnya dapat terambil.
Lubang tanah dipersiapkan dengan membuat titik-titik sesuai dengan jarak tanam. Jarak tanam untuk lahan datar maupun lahan bergelombang bervariatif tergantung pada kondisi lahan, umumnya jarak tanam yang dipakai berukuran 60 x 90 cm : 65 x 90 cm. Kemudian, pada titik-titik tersebut dibuat lubang sedalam kira-kira 10 cm-15 cm dan diameternya sekitar 8 cm. Untuk penanaman bibit tembakau di tanah tegalan (tanah kering) sebelum bibit ditanam sebaiknya disiram terlebih dahulu agar tabahnya agak lebih lekat dan longgar. Dengan demikian, bibit yang ditanamkan dapat berdiri dengan kuat. Pada penanaman bibit tembakau di tanah sawah, penyiraman dapat dilakukan dengan cara leb. Lubang tanam sebaiknya diberi insektidiga untuk mencegah serangan serangga yang dapat merusak bibit yang baru ditanam.
Cara penanaman bibit tembakau gigi walang dan dilakukan dengan cara membenamkan ke dalam lubang tanam sedalam leher akar. Cara penanaman mundur kebelakang, agar dapat memperhatikan luruanya larikan dengan melihat bibit yang telah tertanam didepannya. Menanam jangan terlalu dekat dengan pematang minimum 45 cm. Dengan tangan kiri memegang bibit, dan tangan kanan membuat lubang dibagian lubang tanam yang gembur dan bibit ditamankan. Akar tunggang harus lurus menuju ke bawah dan tidak boleh bengkok. Dengan tangan kanan tanah disekeliling bibit ditekan, supaya bibit berdiri tegak dengan kuat
Bibit tembakau yang berasal dari kantong polybag dapat dimasukkan ke dalam lubang tanam beserta tanahnya. Demikian pula, bibit yang berasal dari kotak pesemaian ataupun bedengnya pesemaian yang pencabutannya dengan system putaran dapat dimasukkan ke dalam lubang tanam beserta tanahnya. Akar-akar bibit yang telah dimasukkan ke lubang tanam diatur, terutama bibit yang berasal dari cabutan. Kemudian lubang tanam diurug dengan tanah dan ditekan-tekan sedikit agar tanaman dapat berdiri tegak dan kuat.
Penyiraman bibit dapat dilakukan setelah selesai penanaman. Di daerah yang memiliki irigasi teknis, penyraman dapat dilakukan dengan system leb. Adapun penyiraman bibit di daerah yang tidak memiliki irigasi teknis dapat dilakukan dengan gembor berluang halus. Dalam melakukan penyiraman pupusnya tidak boleh kena iar, cara menyiramkan air dari gembor harus dilakukan dekat dengan permukaan tanah.

4. Waktu Tanam.
Penanaman bibit tembakau pada pagi hari, siang hari, atau sore hari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit. Penanaman yang dilakukan pada siang hari saat matahari terik dapat menyebabkan bibit layu atau mati. Sebab akar bibit yang baru ditanam belum dapat berfungsi sempurna dalam penyerapan ait tanah dan laju transpirasi ( penguapan air tanaman) berjalan sangat cepat. Dengan demikian, tidak tercapai keseimbangan antara jumlah air yang dapat oleh tanaman dan proses transpirasi yang terjadi pada tanaman. Akibatnya, tanaman menjadi layu dan mati. Untuk mencegah kelayuan pada bibit yang baru ditanam, penanaman hendaknya dilakukan pada sore hari setelah pukul 15. 00 atau pada pagi harinya pukul 0.9.00. Dengan demikian, pada siang harinya tanaman sudah kuat.
Jenis Tembakau Voor – Oogst ini penanaman dilaksanakan pada akhir musim penghujan atau dapat juga disesuaikan prakiraan awal dan sifat musim kemarau pada musim tanam tahun yang bersangkutan yaitu antara bulan Mei s/d Juni

5. Penyulaman
Seminggu setelah bibit ditanam di kebun harus dikontrol karena tidah semua bibit dapat tumbuh dengan baik. Beberapa bibit pasti ada yang mengalami gangguan sehingga pertumbuhannya kurang baik, misalnya tumbuh kerdil, kurus, atau bahkan mati. Tanaman yang tumbuh kurang baik atau mati harus diganti dengan tanaman yang baru agar jumlah populasi tanaman dapat dipertahankan sehingga tidak menurunkan hasil. Penggantian tanaman yang rusak dengantanaman yang baru ini disebut dengan penyulaman.
Penyulaman dapat dilakukan beberapa hari setelah penanaman apabila terdapat bibit yang pertumbuhannya kurang baik atau mati. Bibit sulaman harus diambil dari bibit cadangan uang telah dipersipaknan sebelumnya. Penyemaian benih untuk bibit sulaman dilakukan bersamaan dengan benih-benih yang lain bukan cadangan. Dengan demikian, besar dan pertumbuhan bibit sulaman sama dengan bibit- bibit yang ditanam di kebun sehingga pertumbuhannya tetap seragam.
Penyulaman dapat dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang rusak atau mati. Tempat bekas cabutan dibersihkan dan diberi obat pemberantas hama atau penyakit bila ditemukan patogen yang bersarang ditempat tersebut. Kemudian, bibit yang baru ditaman pada lobang tanaman yang terdahulu dan diurug tanah sambil ditekan sedikit hingga posisi tanaman berdiri tegak dan kuat. Setelah tanaman, bibit tembakau disiram air secukupnya. Waktu penyulaman yang baik adalah pada sore hari atau pagi hari. Penyulaman terakhir dilakukan pada tanaman umur 3 minggu setelah tanam atau sebelum tanaman mencapai tinggi 20 cm. Penyulaman yang dilakukan pada umur 3 minggu setelah taman umumnya tidak banyak membawa hasil.

























BAB VI
PEMELIHARAAN TANAMAN

A.PENGGULUDAN
Pada dasarnya pengguludan adalah untuk memperkokoh pertumbuhan tanaman dan dilaksanakan sekurang kurangnya tiga kali yaitu bersamaan dengan pemupukan pertama dan kedua atau ditambah satu kali perlakuan yaitu pendangiran awal
Penguludan pertama dimulai pada tanaman berumur 8 – 10 hari dan harus selesai pada umur 14 hari atau menurut keadaan. Pada saat mulai gulud satu adalah apabila pada siang hari tanaman tetap segar dan telah mulai keluar daun baru. Pengguludan ada dua macam yaitu :
1. Pengguludan geger sapi.
Pengguludan ini dilakuan sedemikian rupa, sehingga batang tanaman tidak kelihatan, yang kelihatan hanya pupus dan satu dua daun besar, sedang daun-daun bawah ditutup dengan tanah. Hal ini perlu supaya mempercepat pembentukan akar baru yang bayakk dan untuk memperkuat tumbuh. Guludan harus lurus dan tinggi kurang lebih 20 cm. Waktu menggulud satu sekaligus dilakukan penyiangan satu, waktu penyangan got-got harus dibersihkan
2. Pengguludan kuping kuda atau tutup kaki pada cuaca basah
Pada keadaan cuaca yang demikian basah perlu sekali tutup kaki atau pengguludan tinggi. Tutup kaki harus dilakukan dengan baik yang merupakan kuping kuda, cukup dalam, batang tertutup rapat oleh tanah, tinggi satu atau dua daun besar dan pupus. Dikerjakan tepat waktu/tidak terlambat sesuai keadaan tanaman
Pengguludan kedua dilakukan pada umur 18 – 20 hari. Sekaligus dengan penyiangan II. Tinggi guludan kedua kurang lebih 45 cm. Gulud II harus baik supaya gulud ke III tidak perlu dilakukan. Jika kurang lapisan tanah atas, dapat diambilkan dari tanah got sehingga got-got diantara guudan dapat diperlebar harus ngantong. Pengguludan ke III dilakukan sesudah petik kebersihan pada 31 hari. Sekaligus sambil membuang rumput

B. PEMUPUKAN
Pemupukan merupakan pemberian unsur makan kepada tanaman. Pemberian unsur-unsur makanan kepada tanaman harus dilakukan dengan benar dan tepat sebab pemberian makanan yang kurang atau berlebihan dapat menyebabkan produksi tanaman yang rendah.
Pemupukan pada kegiatan pemeliharaan merupakan pemberian makan yang kedua kalinya. Pemberian makanan yang pertaman adalah pemupukan dasar yang diberikan pada saat pengolahan tanah. Pemupukan pada kegiatan pemeliharaan ini disebut pemupukan susulan.
Pemupukan sesulan umumnya dilakukan dua kali sehingga dikenal pemupukan susulan satu dan pemupukan susulan kedua. Jenis pupuk yang digunakan untuk pemupukan adalah pupuk kimia (pupuk anorganik), misalnya pupuk nitrogen (N), pupuk fosfat (P), pupuk kalium (K). Peranan pupuk NPK adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan pembentukan hasil, pupuk NPK ini hanya tersedia sedikit di dalam tanah ataupun di dalam pupuk kandang, padahal kebutuhan tanaman akan pupuk NPK sangat besar. Oleh karena itu, kekurangan tersebut harus ditambahkan dari luar dalam bentuk pupuk buatan pabrik yang siap diserap oleh tanaman
a. Nitrogen
Hara nitrogen berperan meningkatkan pertumbuhan vegetatif, seperti batang, daun, perakaran, dan pembentukan sel-sel baru. Selain itu, zat hara nitrogen digunakan untuk pembentukan klorofil atau zat hijau daun dan meningkatkan kemampuan tanaman menyerap hara laian (fasfor, Kalium, dan laian-lain). Jenis pupuk nitrogen dapat diperoleh dalam bentuk ammonium, yaitu ZA atau urea, atau dalam bentuk nitrat, patosium nitrat (PN), atau Chilean Patosium Nitrat (CPN). Menurut Sastrosupadi (198) yang dikutip oleh Djajadi (1992), tanaman stadis muda lebih banyak menyerap N dalam bentuk ammonium. Sebaliknya, tanaman pada stadia tua lebih banyak menyerap N dalam bentuk nitrat. Oleh karena itu, pemberian pupuk nitrogen dalam bentuk ammonium sebaiknya dilakukan pada awal pertumbuhan dan pemberian pupuk nitrogen dalam bentuk nitrat sebaiknya dilakukan pada stadia pembentukan hasil.
Tanaman tembakau yang kekurangan atau kelebihan nitrogen akan mengalami penurunan produksi dan kualitas daun. Misalnya pada tembakau cerutu akan diperoleh krosok warna-warna yang tua, pucat, dan berminyak pada tembakau Virginia akan diperoleh krosok yang kropos dan pengolahannya sukar. Kelebihan nitrogen pada tanaman yang masih di kebun menyebabkan pertumbuhan cepat dan daun-daunnya terlambat masak. Sebaliknya, apabila kekurangan nitrogen, tanaman akan tumbuh lambat dan krosok yang diperoleh bermutu rendah. Ciri-ciri tanaman yang kekurangan nitrogen adalah warna daun pucat kekuning-kuningan
b. Fosfat (P)
Peranan zat hara fosfat pada tanaman adalah untuk pertumbuhan akar. Pembentukan bunga, pembentukan buah dan biji, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit daun, meningkatkan hasil dan mutu. Apabila tanaman kekurangan unsure P menyebabkan system perakaran tidak berkembang baik sehingga tanaman tidak mampu menyerap unsur hara. Akibatnya, tanaman tumbuh kredil, daun berwarna hijau tua hingga kebiru-biruan, dan daun masak terlambat. Tanaman yang amat kekurangan unsur P, daunnya akan berukuran kecil dan panjang. Sebaliknya, tanaman yang kelebihan unsure P, mutu daun setelah pengolahan menurun karena krosoknya berwarna cokelat tua hingga merah, tipis, dan kurang elastis.
c.Kalium (K)
Unsur kalium berperan dalam pembentukan bunga dan klorofil, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit, mencegah kalayuan karena dapat meningkatkan daya serap air, meningkatkan hasil dan mutu daun tembakau, meningkatkan daya pijar (bakar) daun tembakau yang dihasilkan, pembentukan zat gula, dan dapat mengatur keseimbangan pupuk nitrogen dan fosfat. Tanaman yang kekurangan unsure kalium menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, daun berkerut dan kasar, timbul gejala klorosisi (belang-belang) pada permukaan daun, dan timbulnya bercak-bercak melingkar karena jarring-jarinan daun mati. Kelebuhan unsure kalium menyebabkan daun-baun tembakau menjadi tipis dan rapuh
Jenis-jenis pupuk kimia (anorganik) yang biasa digunakan untuk pemupukan susulan adalah pupuk urea dan ZA yang mengandung unsure N dalam bentuk ammonium, potasum nitrat (PN), Chilean Potasium Nitrat (CPN), Kalium Nitrat yang mengandung unsure N dalam bentuk nitrat, Pupul TSP, DSP (Double Super Phosphat), yang mengandung unsure fosfat, pupuk ZK, KCL yang mengandung unsure kalium
Karena tembakau merupakan quality product, maka pemupukan harus dilakukan dengan cermat. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pH tanah, jenis tembakau, macam pupuk, waktu pemupukan, dan cara pemupukan.

1. Waktu Pemupukan
Waktu pemupukan yang tepat adalah menurut fase pertumbuhan tanaman dan jenis pupuk yang digunakan. Untuk pupuk kandang, waktu pemupukan yang baik adalah bersamaan dengan pengolahan tanah (pada saat pembentukan bedeng). Pupuk fosfat diberikan sekali, yaitu pada saat tanam. Pemupukan dengan pupuk nitrogen dan upuk kalium dilakukan tujuh hari setelah tanam dan 28 hari setelah tanam. Dosis yang diberikan masing-masing setengahnya. Dosis pupuk sangat tergantung pada varietas tanaman dan kondisi tanah

2. Cara Pemupukan
Pupuk kandang dapat diberikan dengan cara ditabur merata pada permukaan tanah, kemudian dicangkul tipis-tipis agar bercampur dengan tanah. Pupuk fosfat (TSP) dapat diberikan pada saat tanam dengan cara ditaburkan pada permukaan tanah hingga merata, kemudian tanah diberi air agar pupuk larut dan bercampur dengan tanah. Pupuk nitrogen dan pupuk kaliumdapat diberikan secara bertahap. Pemberian pupuk nitrogen dan kalium dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Dibuatkan lubang di dekat tanaman jarak sekitar 10 cm dari batang. Kemudian, pupuk dimasukkan ke dalam lubang tersebut dan ditutup tanah lagi
b. Dibuatkan lubang setengah lingkaran di sekitar tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari batng. Kemudian pupuk dimasukkan ke dalam lubang tersebut dan ditutup tanah kembali
c. Dibuatkan parit kecil (galur) memanjang di antara barisan tanaman. Kemudian, pupuk dimasukkan ke dalam parit- parit tersebut dan ditutup tanah kembali
Pada dasarnya pemupukan adalah dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta untuk mencapai tingkat produktivitas. Sedangkan dalam pelaksanaannya baik dosis dan cara pemupukan bervariatif, tetapi sebagai pedoman secara umum pelaksanaan pemupukan sebagai berikut :
1. Dosis dan jenis pupuk
Pupuk SP.36 : 100 – 200 kg /ha
Pupuk Z.A : 175 – 200 kg/ha
Pupuk Z.K : 125 – 200 kg/ha
2. Saat pemupukan/pemberian pupuk
Pupuk SP.36 : diberikan dalam satu kali pemupukan yaitu 1 s/d 5 hari sebelum tanam
Pupuk Z.A : diberikan dalam dua kali pemupukan yaitu pada umur 7 hari dan 21 hari setelah tanam
Pupuk Z.K : diberikan dalam satu kali pemupukan yaitu pada umur 7 hari setelah tanam
3. Cara pemupukan dapat dilaksanakan dengan ditugal atau dengan cara melingkar.
Khususnya untuk dosis pupuk dapat disesuaikan dengan keadaan jenis tanis tanah dan tingkat kesuburannya.


C. PENGAIRAN
Pengairan dilakukan 7 hari setelah tanam dengan jumlah air sedikitnya 1 – 2 liter/tanaman. Kemudian, saat tanaman berumur 7 – 25 hari setelah tanam, frekuensi penyiraman adalah 3 – 5 hari sekali dengan jumlah air sekitar 3- 4 liter/tanaman. Pada umur 25 – 30 hari setelah tanam, frekuensi pemberian air dilakukan 1 minggu sekali dengan jumlah sekitar 4 liter/ tanaman. Pada umur 45 hari setelah tanam, pertumbuhan tanaman akan sangat cepat. Oleh karena itu, kebutuhan air pada fase ini meningkat, maka frekuensi pemberian air 3 – 5 hari sekali dengan jumlah sekitar 5 liter/tanaman. Selanjutnya, pada umur 65 hari setelah tanam (periode panen), tanaman sudah tidak memerlukan penyiraman lagi, kecuali bila keadaan cuaca sangat kering
Cara pemberian air di daerah yang beririgasi teknis dapat dilakukan dengan cara leb beberapa waktu hingga bedeng-bedeng tempat tabaman cukup basah. Kemudian air dikeringkan kembali dengan membuangnya melalui saluran drainase. Adapun pada daerah yang tidak beririgasi teknis, penyiraman dapat dilakukan dengan gembor. Di perkebunan-perkebunan besar yang tidak beririgasi teknis, penyiraman tanaman dapat dilakukan dengan metode sprinkle irrigation yaitu system pengairan yang menggunakan penyemprotan bertekanan tinggi. Sumber air dapat diperoleh dari pengeboran sumur-sumur lading dan artetis
Air dapat memberikan manfaat yang besar terhadap usaha pertanian, tetapi juga dapat membawa resiko yang merugikan jika penggunaan sumbernya salah. Oleh karena itu, sumber air harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
a. Sumber air bukan berasal dari sungai yang tercemar limbah industri. Karena limbah industri mengandung zat-zat beracun yang dapat mematikan tanaman.
b. Sumber air harus sehat. Artinya tidak mengadung garam-garam, asam-asam, kuman-kuman penyakit, dan laian-laian. Oleh karena itu, sumber air yang akan digunakan harus teliti terlebih dahulu, terutama air yang bersumber dari sungai.
c. Air yang digunakan tidak berasal dari rawa, danau, atau comberan. Karena air rawa memiliki derajat keasaman rendah dan mengandung asam organic tinggi yang dapat meracuni tanaman. Adapun air comberan umumnya mengandung banyak kuman penyakit yang membahayakan tanaman.

D. PENDANGIRAN DAN PENYIANGAN
Pendangiran merupakan kegiatan pengolahan tanah secara ringan disekitar tanaman. Tujuan pendangiran adalah menggemburkan tanah yang telah diolah sehingga sirkulasi udara didalam tanah berjalan lancar. Dengan demikian, kebutuhan oksigen untuk pernafasan akar dan aktivitas organisme di dalam tanah tercukupi. Pendangiran dapat dilakukan dua kali atau lebih, tergantung pada kondisi tanah. Pendangiran yang pertama dapat dilakukan pada waktu tanaman berumur 2 –3 minggu dan pendangiran selanjutnya dilakukan selang 2 minggu. Selain pendangiran, hendaknya dilakukan pembumbunan, yaitu meninggikan tanah sekitar tanaman. Waktu pembumbunan dilakukan bersamaan dengan pendangiran.
Penyiangan adalah kegiatan pembersihan tanaman penganggu (gulma) yang tumbuh di sekitar tanaman. Kegiatan penyiangan ini dilakukan bersamaan dengan pendangiran dan pembumbunan. Jenis- jenis tanaman yang tumbuh disekitar tanaman umumnya adalah jenis- rumput-rumputan. Rumput-rumputan ini jika tidak dibersihkan dapat menjadi pesaing bagi tanaman tembakau sehingga dapat menurunkan produksi. Karena sebagian zat makanan, air oksigen, karbondioaksda diserap oleh rumput-rumput tersebut sehingga kebutuhan makanan (nutrisi) bagi tembakau tidak mencukupi. Akibatnya, pertumbuhan tanaman tidak optimal yang menyebabkan produksi menurun.
Penyiangan dapat dilakukan secara manual dengan cara dicabut atau secara kimia dengan menggunakan bahan kimia (herbisida) yang disemprotkan pada rumput-rumput yang tumbuh di sekitar tanaman dan selokan.

E. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Sebagaimana diketahui komoditi tembakau Voor- Oogst adalah tergolong Fancy product yaitu komoditi cantik yang berkualitas baik antara lain harus merupakan daun/krosok yang utuh tanpa lubang/ robek antara lain disebabkan serangan hama penyakit. Beberapa hama dan penyakit yang dapat menyerang tembakau baik dipersemaian, di tanaman maupun di tembakau yang sedang disimpan atau diangkut adalah :
1. Berbagai jenis cacing yang merusak akar. Dapat diberantas dengan obat, missal VAPAM. Oleh karena itu tidak dibenarkan menanam tembakau beberapa tahun berturut- turut di tanah yang sama
2. Berbagai jenis ulat dan orong-orong yang merusak akar. Pemberantasannya sama dengan memberantas cacing di dalam tanah
3. Ulat-ulat pemakan daun, merusak batang diberantas dengan Thiodan atau arkotin
4. Serangga yang banyak mengakibatkan kerugian krosok yang disimpan yaitu kumbang lasioderma dengan uretnya. Pemberantasannya dengan racun yang berupa cairan atau pil maka perlu dijaga kebersihan di dalam gudang
Hama dan penyakit merupakan organisme pengganggu yang dapat menginfeksi dan merusak tanaman tembakau. Tanaman tembakau yangtelah terinfeksi hama dan penyakit tidak akan dapat membentuk hasil yang baik karena pertumbuhannya terganggu. Walaupun factor-faktor teknis budidaya telah dilakukan dengan baik. Kerugian akan dapat bertambah besar apabia usaha perlindungannya kurang diperhatikan.
Perlindungan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit dapat berhasil baik apabila dapat meningkatkan kewaspadaan dan mengetahui gejala yang ditimbulkan oleh penyebabnya. Setiap jenis hama dan penyakit menimbulkan gejala yang spesifik. Pengawasan terhadap serangan hama hingga menjelang panen. Pengamatan yang teliti terhadap gejala serangangan organisme pengganggu bertujuan menemukan kerusakan tanaman dan penyebabnya secara dini. Dengan demikian, penularan hama atau penyakit ke tanaman lain dapat segera diatasi. Pengawasan hama dan penyakit ini sangat penting dalam arti merialisir azas pencegahan adalah lebih penting dari pada pemberantasan serta perlunya mengembangkan system pengendalian sedini mungkin karena serangan hama dan penyakit terhadap tanaman tembakau seringkali terjadi secara mendadak dan cepat sekali meluas ketanaman lain.
Untuk kegiatan perlindungan tanaman yaitu dengan menerapkan pengendalian hama terpadu dilakukan secara menyeluruh yaitu sejak dimulai dari persemaian, pembibitan, tanaman muda sampai dengan tanaman siap dipanen. Sedangkan penggunaan pestisida adalah merupakan alternative yang terakhir dan diupayakan seminimal mungkin, dan sebaiknya jenis pestisida yang sistemik. Upaya pencegahan meliputi :
1. Terhadap gulma mulai dari pengolahan tanah sampai di pertanaman dilakukan pembersihan dan penyiangan
2. Terhadap hama mulai dari pembibitan sampai dipertanaman dilakukan dengan upaya preventif
3. Terhadap penyakit mulai dari pengolahan tanah sampai dipertanaman dilakukan sanitasi lingkungan
Maka dalam hal ini termasuk pula mewujudkan sanitasi yang baik dan upaya pencegahan/ penanggulangan penyakit virus termasuk berupa :
a. Pemakaian larutan pencuci tangan TNP + sabun hijau untuk penanggulangan penyakit mosaik tembakau
b. Pemberantasan tanaman sumber penyakit dan inang serangga vaktor penyebab virus
c. Mewujudkan dan meningkatkan sanitasi lahan pertanaman
Pengobatan (peracunan)yang dilakukan sistem terjadwal adalah upaya untuk menjaga / melindungi tanaman agar tidak diganggu/diserang oleh hama dan penyakit yang merugikan. Upaya ini lebih dititik beratkan pada :
a. Cara preventif, yaitu tindakan pencegahan yang dilakukan sebelum tanaman terserang hama dan penyakit. Tindakan yang dapat dilakukan adalah pengolahan tanah secara intensif., menanam sesuai dengan musim tanam, jarak tanam yang sesuai dan teratur, pengairan yang teratur dengan air yang sehat, dan pergiliran tanaman. Tindakan pencegahan sangat baik dilakukan karena tidak menimbulkan pencemaran lingkungan hidup.
b. Cara kuratif, yaitu tindakan pengobatan karena tanaman telah terserang hama atau penyakit dan sekaligus mengendalikan hama atau penyakit yang menjadi penyebabnya.
Untuk ini disiplin waktu dan tindakan aplikasi sangat penting dalam pengendalian system berjadwal disamping fleksible dalam bertindak mengingat harus tanggap terhadap perubahan cuaca yang memerlukan penyesuaian tindakan berupa ekstra peracunan. Penyakit tanaman yang sering timbul disebabkan oleh cendawan/jamur dicegah/diberantas dengan dithane, juga dengan obat yang sama terhadap penyakit yang kadang-kadang timbul yaitu penyakit rebah semai disebabkan pythium sp, dan kolot kering disebabkan Rhizoctonia sp. Hama tanaman dicegah/ diberantas dengan insektisida thiodan 35 EC
Usaha peracunan dikatakan betul, bila keadaan tanaman utuh tidak ada serangan hama dan penyakit, sehingga % bahan pembalut dan pembungkus bisa lebih banyak. Tugas ini mencakup pengertian pengendalian perlu dilaksanakan sejak dari pembukaan lahan, persiapan pembibitan, pemeliharaan pembibitan, persiapan tanam, pemeliharaan tanaman, bahkan perlu secara mekanis (pencarian ulat + telur) dan jika terpaksa kimiawi sampai daun tembakau siap panen. Kalau dari pembibitan sudah terserang hama dan penyakit karena peracunan yang tidak betul, maka hasil akhir dari panen tembakau tidak sesuai dengan harapan, dan bahkan akan berakibat fatal
Peracunan biasa. Setelah tanaman berumur 35 hari atau mungkin pada umur lebih muda tergantung tingkat pertumbuhan tanaman, tindakan pengendalian dilanjutkan dengan cara mekanis yakni dengan melakukan pebcarian hama utama yaitu ulat daun dan sarang telurnya yang diletakkan di helai daun sebelah bawah serta ulat pupus.
Jika tidak dalam keadaan terpaksa selebihnya umur 35 hari pencegahan tidak lagi secara kimiawi, pengobatan tanaman tembakau dengan pestisida memang sangat efektif, tetapi dapat mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan. Pestisida dapat membunuh musuh-musuh alami hama dan orgamisme yang bermanfaat lain seperti serangga yang membantu penyerbukan tanaman meracuni hewan piaraan di sekitarnya, dan dapat meracuni konsumen.Dalam menggunakan pestisida harus mengingat kemungkinan akan terjadi obat tersisa sebagai residu dalam krosok yang dikonsumsikan diluar negeri yang kemungkinan dapat menimbulkan masalah dalam pemasarannya sehingga dalam keadaan normal 15 – 20 hari sebelum panen tidak lagi dilakukan peracunan.
Untuk menekan damak negatif penggunaan pestisida, penggunaan pestisida harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Pestisida hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu (keadaan terpaksa) saja, yakni bila pengendalian dengan cara lain sudah tidak mungkin dilakukan lagi
b. Pestisida harus digunakan dengan dosis yang tepat sesuai dengan stadia hama atau penyakit yang akan dikendalikan
c. Penggunaan pestisida harus selektif, yaitu hanya menggunakan pestisida yang mematikan hama dan penyakit yang ingin dikendalikan atau diberantas.
Peracunan tanaman dibedakan menjadi peracunan biasa (peracunan dengan sikon normal) dan peracunan luar biasa (peracunan dengan sikon tidak normal). Peracunan biasa meliputi :
a. Pengendalian kimiawi yaitu pengedalian /pencegahan/ pemberantasan sampai 35 hari dengan pemakaian pestisida cara kimiawi seperti bagan sebagai berikut :








Tabel 5.1 Pengendalian Secara Kimiawi
Apli
kasi Umur setelah
Tanam (hari) Dosis pestisida /knapsack sprayer (isi 14 liter) Rata-rata kapasitas
knapsack sprayer (pohon)
Merk Saval Hobra Merk Swan
1



2
3
4
5
6
7 5



10
15
20
25
30
35 Thiodan 35 EC : 56 cc.
Dithane M-45/
Manzate 200:28gr
- sda-
- sda-
- sda-
-sda-
-sda-
-sda- 2.150



2.150
1.900
1.900
1.900
1.900
1.900 1.260



1.240
1.120
1.050
900
860
850

b. Pengendalian dengan cara mekanis (pencarian ulat dan telur)
Setelah umur 35 hari bahkan kemungkinan sering bergantung keadaan pertumbuhan tanaman pengendalian dilakukan dengan cara mencari ulat dan sarang telur seperti diuraikan dimuka
Peracunan luar biasa (peracunan dengan sikon tidak normal) dilakukan jika ada kecenderungan peningkatan popilasi hama utama ulat daun di atas umur 35 hari, jika tajuk tanaman masih kecil tetap memakai sprayer biasa, kalau tajuk sudah saling menutup dengan mist blower suaya cepat dan tidak merusak daun. Jika sudah dapat teratasi pengedalian selanjutnya dengan cari ulat dan sarang telur. Adapun bagan peracunan sebagai berikut :


Tabel 5.2 Pengendalian Secara Mekanis
Apli
kasi Umur
setelah
Tanam
(hari) Dosis pestisida /knapsack sprayer (isi 14 liter) mist blower isi : 10 liter (cc/gr) Rata-rata kapasitas
knapsack sprayer dan mist blower (pohon)
Merk Saval Hobra Merk Swan
Knapsack Sprayer
1 5 Thiodan 35 EC:56cc 2.150 2.260
Dithane M-45/
Manzata 200 :28gr
2 10 -sda- 2.150 1.240
3 15 -sda- 1.900 1.120
4 20 -sda- 1.900 1.105
5 25 -sda- 1.900 900
6 30 -sda- 1.900 860
7 35 -sda- 1.900 850

Misi Blower Merk Kwh Merk Meruyama
8 40 -sda- 860 1.040
9 45 -sda- 810 970
10 55 -sda- 795 890
11 55-57 -sda- 725 770
12 64-65 -sda- 680 690

F. PEMANGKASAN(TOPPING)
Topping atau tokokkan dilakukan setelah petikan daun koseran, dan setelah topping sebaiknya diikuti dengan wiwilan pengaruh pemangkasan atau topping jelas meningkatkan ketebalan daun dan kadar nikotin dalam tembakau. Pemangkasan pada tanaman tembakau menimbulkan akibat tumbuhnya tunas atau sivilan. Tunas-tunas ini harus dibuang karena merusak produksi dan kualitas daun. Pembuangan tunas ini dilakukan bilamana ukurannya sudah 4 cm panjangnya dilakukan dengan cara dipetik dengan tangan.
Kadang-kadang pemangkasan dilakukan begitu kuncup bunga mulai keluar. Pemangkasan terbaik dilakukan bila ditunggu dahulu sampai bunga pertama mulai mekar.
Pertanaman yang tumbuh jelek di tanah yang subur sebaiknya dipangkas dalam, walaupun jumlah daunnya tinggal sedikit akan tetapi ukurannya cukup besar. Bila tanaman tumbuhnya subur pemangkasan dalam merugikan, karena disatu pihak hasilnya berkurang dan dilain pihak daunnya terlalu sebal dan pembuangan tunas dilakukan terlalu sering yang merupakan pekerjaan ekstra.
.
















BABVII
PANEN DAN PASCA PANEN

A. PANEN
Penanganan panen tembakau yang tidak tepat dan tidak benar dapat menyebabkan daun tembakau bermutu rendah. Oleh karena itu, penanganan panen dan penanganan pasca panen harus dilakukan dengan baik dan benar. Penanganan panen tembakau Voor-Oogst terpusat pada bagian daunnya

1. Umur Panen.
Panen atau pemetikan daun tembakau yang dilakukan pada tanaman yang belum cukup umur akan menghasilkan daun berkualitas rendah. Daun tembakau berkualitas rendah jika diolah akan menghasilkan krosok yang berkualitas rendah, yakni berwarna hijau mati, kurang beraroma, warnanya coklat tua, dan kisut sehingga harga dipasaran rendah. Adapun daun tembakau yang dipetik telah lewat umur, daunnya sudah terlalu tua yang dicirikan dengan warna kuning tua hingga kecoklatan akan menghasilkan krosok yang bermutu rendah. Krosok yang bermutu rendah memiliki elastisitas rendah, bila dipegang mudah rapuh, aromanya berkurang, setelah pengeringan warna daun tidak menarik ( berwarna merah tua), dan seringkali daun mudah mengalami kebusukan sebelum kering.
Pemetikan daun tembakau yang terbaik adalah jika tanaman sudah cukup umur dan daun-daunnya telah masak petik yang dicirikan dengan warna hijau kekuning-kuningan. Daun-daun yang demikian akan menghasilkan krosok yang bermutu tinggi dan aromanya tajam. Krosok tembakau yang bermutu tinggi mempunyai nilai jual yang tinggi.
Untuk golongan tembakau Voor- Oogst, pemungutan daun yang baik adalah pada tingkat kemasakan tepat masak atau hampir masak. Ciri-ciri daun masak duduk daun sudah sejajar atau duduknya pangkal daun sudah melintang pada batang, warna sudah berubah dari hijau mengarah kekuning-kuningan. Pemetikan pada tingkatan ini akan menghasilkan krosok yang berwarna merah kecoklatan dan elastis. Pemungutan daun muda ataupun daun yang terlalu tua akan menghasilkan krosok yang rapuh dan warna yang tidak menarik.

2. Cara Pemetikan
Pemetikan daun dengan cara memegang daun pada pangkal tangkainya dan mematahkan dengan dua kali gerak kekiri dan kekanan. Jangan sekali-kali mematahkan ke bawah yang dapat menyebabkan terkelupasnya (luka) berikutnya kulit batang yang berakibat mengganggu pertumbuhan daun-daun di atasnya. Pemetikan daun kaos kalau terjadi hujan lebat tidak dikehendaki, sebab percikan tanah kepermukaan daun menyebabkan daun tidak kuat setelah proses pengeringan yang mengakibatkan kualitas turun.. Dalam satu hari hanya dipetik satu jenis daun. Jika tidak mungkin dihindari didahulukan daun yang paling bawah. Pemetikan pada pagi hari paling lambat jam 10.00. Panen atau pemetikan daun dilaksanakan dengan interval waktu pemetikan antara 5 – 7 hari.
Pemetikan dimulai saat tanaman berumur 60 – 70 hari setelah tanam, pada waktu dimulai kutipan pertama. Setelah dikutip daun diangkut, dilakukan pemeraman selama 2 hari diatasnya ditutup dengan plastik atau dedaunan sehingga daun akan berubah warna menjadi kuning kemudian dilakukan pennyujenan. Hasil penyujenan diglantang, dikeringkan (dijemur). Sebelum pemetikan yang sebenarnya dimulai, pada tanaman berumur sekitar 60 hari dilakukan pemetikan cuci kaki yaitu memetik 1 – 3 daun bawah yang menyentuh tanah.Disamping untuk membuat sirkulasi udara menjadi lebih baik dapat mempunyai arti dalam mencegah menjalarnya penyakit bopang atau Cercospora Nicotiane. Dari hasil pemetikan ini bila ada daun yang baik bias diambil sebagai produksi.
Daun hasil panenan jangan ditaruh ditanah melainkan segera dimasukkan keranjang panen dan ditutup untuk menghindari terkena sinar matahari langsung. Jika terjadi serangan ulat daun, maka harus dilakukan pencegahan sejak dipertanaman.

3. Pengangkutan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengangkutan adalah tembakau hasil petikan dalam keranjang jangan diisi terlalu penuh dan tidak boleh kena sinar matahari langsung serta perlu ada tutupnya. Diangkut dengan hati-hati. Keranjang kutip yang akan dibagikan kepada penanam yang sudah diberi alas tikar/lembaran anyaman plastik agar diperiksa sebelum panen dan bagian yang dianggap tajam dibungkus supaya dalam pemakaian tidak merusak daun. Daun yang diangkut ke pelataran segera diturnkan dan diletakkan di atas yang tersedia dengan cara diberdirikan. Peletakan demikian jangan sampai terkena sinar matahari langsung.

4. Klasifikasi Daun
Kualitas daun tembakau selain ditentukan oleh tingkat kemasakannya juga ditentukan oleh letak daun pada batang. Setiap lembar daun tembakau dari bawah ke atas memiliki sifat fisik dan kimia yang berbeda. Dengan adanya perbedaan sifat ini, maka daun-daun tembakau dikelompokkan menjadi beberapa kelas menurut letaknya pada batang. Pengelompokan daun tembakau disebut klasifikasi daun. Dalam pengelompokan ini jumlah lembar daun pada posisinya tidak sama untuk setiap jenis tembakau tergantung pada besar kecilnya perbedaan sifat. Tembakau ini dikelompokkan menjadi empat kelas mulai dari bawah ke atas yaitu :
1. Daun Pasir (zandblad)
2. Daun kaki (voetblad)
3. Daun Tengah/Madya (middenblad)
a. Daun madya pertama (DMP)
b. Daun madya atas (DMA)
4. Daun Pucuk (Topblad)
Menurut klasifikasi tersebut di atas, untuk varietas tembakau Voor-Oogst lembaran daun tengah merupakan lembaran daun yang berkualitas baik, daun pucuk merupakan lembar daun yang terbaik, sedangkan yang lain berkualitas rendah adalah daun kaki (koseran).
5. Penanganan Hasil
Kerusakan daun secara fisik dapat terjadi pada saat pemetikan atau setelah pemetikan. Kerusakan yang sering terjadi adalah daun robek, terlipat, dan daun tinggal sebagian karena terpotong. Keadaan daun yang cacat dapat menurunkan kualitas, baikdalam bentuk basah, ataupun kering. Terutama untuk jenis tembakau Voor- Oogst.
Kerusakan daun dapat pula terjadi secara kimiawi, misalnya adanya proses fermentasi yang berkelebihan, daun-daun menjadi menguning tidak merata. Mutu daun yang menguning tidak merata menjadi rendah dan menyulitkan proses pengolahannya karena kondisinya tidak sama dengan daun-daun yang lainnya. Untuk menghindari kerusakan karena fermentasi, daun-daun yang telah dipetik tidak di tumpuk dalam waktu lama. Daun-daun disusun dalam keranjang secar berdiri, yakni pangkal daun berada di bawah dan ujung daun di atas.

B. PASCA PANEN
Daun-daun tembakau yang telah dipanen masih mengalami proses pengolahan sebelum sampai kepada konsumen akhir. Proses yang berlangsung sejak dini daun basah menjadi daun kering hingga menjadi bahan untuk produk akhir merupakan kegiatan pasca panen
Penanganan pasca panen merupakan faktor yang sangat menentukann hasil akhir. Mutu daun akan merosot apabila penangananya kurang baik, walaupun hasil panene berkualitas baik. Oleh sebab itu, petani yang hendak menjual tembakau dalam bentuk krosok proses pengolahan harus diperhatikan dengan baik agar hasil akhir memenuhi standar mutu. Bila diinginkan hasil tembakau dalam bentuk basah, petani harus memperhatikan teknis budidaya dan penanganna panen
Saat panen atau pemetikan daun terdapat hubungan positif dengan kualitas atau mutu, oleh karena itu perlu kiranya diperhatikan dalam melakukan pemetikan terhadap tingkat/derajat kemasakan daun.

1.Sortasi Pendahuluan
Daun-daun tembakau yang telah dipetik dan terkumpul di tempat teduh disortasi terlebih dahulu tahap pengolahan daun. Tujuannya adalah :
a. Memudahkan proses pengolahan, terutama penempatan dalam ruang pengolahan
b. Memudahkan pengelompokan ke dalam kelas-kelas menurut mutu setelah pengolahan
c. Memudahkan menentukan harga jual menurut mutu
d. Memperoleh keseragaman jenis dan mutu sehingga memudahkan pemasaran
Sortasi merupakan kegiatan memisah-misahkan daun tembakau menurut kemasakan daun, ukuran daun, kecacatan daun, dan posisi daun. Berdasarkan kriteria di atas, daun-daun dipisahkan. Demikian pula, daun-daun yang telah dipisahkan menurut letaknya pada saat memetik. Selanjutnya, daun-daun tembakau dipisahkan menurut tingkat kemasakannya karena daun yang masih muda atau yang telah tua ikut dipetik sehingga apabila tidak dipisahkan dapat mempengaruhi mutu akhir tembakau setelah pengolahan. Ukuran juga merupakan kriteria penilaian mutu tembakau

2. Penyujenan
Sebelum pelaksanaan penyujenan daun tembakau ini masih melalui beberapa proses antara lain pelayuan dengan cara daun tembakau ditutup dengan plastik atau daun untuk mendapatkan daun yang berwarna kekuningan, kecoklatan dan fixasi warna. Penyujenan adalah kegiatan penataan daun tembakau dengan cara menusuk bagian pangkal gagang daun/ibu tulang daun atau pada ruas batang diantara dua daun. Tujuan penyujenan adalah :
a. Memudahkan penataan dalam ruang pengeringan/ pengolahan
b. Mencegah daun saling melekat atau berhimpit pada saat keadaan kelembaban tinggi sehingga daun dapat mengering secara merata.
Cara penyujenan daun tembakau dan bahan untuk tusuk tergantung pada cara panen. Dengan menyesuaiakan menurut cara panen, penyujenan dapat memberikan hasil yang baik.
Daun tembakau yang dipanen secara pungut daun yang ditusuk adalah punggung daun dengan punggung daun dan perut daun sehingga menyerupai jahitan. Jarak antara satu daun dan daun lain sekitar satu ibu jari orang dewasa agar tidak saling melekat. Untuk tembakau yang dipanen secara pungut batang, daun dilepaskan satu persatu dari batng, kemudian ditusuk dengan sujen. Untuk daun tembakau yang dipotong menurut ruas batang, cara menusuk dilakukan dengan menyunduk bagian ruas. Panjang tusuk bervariasi antara 30 cm sampai 40 cm. Dengan demikian, satu sujen dapat berisi antara 4 lembar daun sampai 5 lembar daun. Daun-daun tembakau yang telah disusun diikatkan pada bambu yang berpasangan (gelantang).

3. Pengeringan
Pelaksanaan pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
a. Dengan cara sirkulasi udara yaitu dengan memanfaatkan angin
Pengeringan dengan cara ini pada dasarnya membiarkan daun tembakau mongering
secara alamiah dengan bantuan sirkulasi udara.
Caranya yaitu setelah daun tembakau disujeni digantung pada glantang dan ditempatkan di tempat yang teduh atau di bawah atap dan dibiarkan sampai kering.
Pengeringan dengan cara ini memerlukan waktu lebih lama antara 20 s/d 30 hari dan hasil krosoknya cederung berwarna gelap. Oleh karena itu cara ini jarang dilakukan oleh petani
b.Dengan cara dijemur yaitu memanfaatka panas sinar matahari dengan tahap pekerjaan sebagai berikut :




Tabel 6.1 Proses Pengeringan
No Tahap Perubahan Warna Daun Intensitas Penjemuran
1


2

3


4



5.


6.




7.


8. Daun segar


Daun menguning

Daun telah berubah kuning


Daun warna kuning semburat merah


Daun telah berwarna merah coklat

Daun berwarna coklat setengah kering



Daun yang telah berwarna coklat setengah kering dengan aroma dan body telah terbentuk
Krosok telah jadi Daun-daun tembakau disujen digantung dibawah atap untuk proses pelayuan

Mulai dilakukan penjemuran sebentar

Dijemur lebih lama sampai daun mulai berubah kewarna coklat

Penjemuran sedikit dikurangi samapi warna daun menjadi merah merata dengan merah coklat

Penjemuran ditingkatkan lagi sampai daum berwarna coklat setengah kering

Penjemuran diselingi dengan masa istirahat untuk fermentasi agar terbentuk aroma dan warna menjadi merata

Penjemuran penuh sampai gagang daun menjadi kering

Penjemuran selesai, krosok ditumpuk selanjutnya siap untuk dijual atau dipasarkan
c. Pengeringan secara kombinasi
Pengeringan secara kombinasi ini adalah merupakan gabungan antara pengeringan dengan angina dan dengan matahari.
Pada tahap awal proses pengeringan daun dilaksanakan dengan angina yaitu daun-daun telah disujeni digantung di bawah atap atau tempat yang teduh, sampai daun segar/hijau berubah menjadi kuning kemarahan atau coklat kemerahan, selanjutnya untuk pengeringannya dilakukan penjemuran seperti pada cara-cara pengeringan dengan matahari.
Pengeringan secara kombinasi lebih baik untuk proses pengeringan daun-daun tengah dan tengah atas untuk menghasilkan krosok kualitas atau mutu lokal.
Selanjutnya setelah selesai proses pengeringan diadakan sortasi kualitas atau mutu yang disesuaikan dengan permintaan pembeli atau pabrik rokok.

















DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Produksi Perkebunan,1996. Perkembangan Pertembakauan Voor-Oogst . Direktorat Jendral Perkebunan ,Departemen Pertanian

Departemen Pertanian .1984. Budidaya Tembakau. Direktorat Jendral Perkebunan Jakarta

Darjanto Koesoemopranoto. 1979. Tembakau Ekspor Indonesia dan Masa Depannya. Naskah Karya Sidang Komisi Teknis Perkebunan Budidaya Tembakau. Sala

Hartana. 1975. Budidaya Tembakau. Balai Penelitian Perkebunan Bogor. Sub Balai Penelitian Budidaya Jember.

Koperasi Daya Guna. 1990. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Penerbit Komisi Pestisida Departemen Pertanian

Murdijati, A. S. dan M. Shaleh. 1993. Peningkatan Produksi dan Mutu Tembakau Voor – Oogst Melalui Pemupukan Berimbang. Pertemuan Teknis Tembakau Voor Oogst Musim Tanam 1994.

Pinus Lingga. 1991. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Swadaya

Slamet Djojosoediro. 1990. Petunjuk Praktis Menanam Tembakau. Penerbit Usaha Nasional Surabaya

Subiyakto Sudarmo. 1992. Tembakau Pengendalian Hama dan Penyakit. Penerbit Kanisius

Soeripno. 2000. Petunjuk Pelaksanaan Pembibitan. Penerbit PT Restu Sumi Persada Putra






identifikasi gulma

IDENTIFIKASI GULMA

Identifikasi gulma
Gulma antara lain didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia. Hal ini dapat berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secara langsung atau tidak langsung atau kadang-kadang juga belum diketahui kerugian/kegunaannya. Oleh karena batasan untuk gulma ini sebetulnya sangat luas sehingga dapat mencakup semua jenis tanaman dalam dunia tumbuh-tumbuhan.
Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang baru diolah, maka gulma yang dijumpai kebanyakan dalah gulma semusim; sedang pada perkebunan yang telah lama ditanami, gulma yang banyak terdapat adalah dari jenis tahunan.
Gulma yang terdapat pada dataran tinggi relatif berbeda dengan yang tumbuh di daerah dataran rendah. Pada daerah yang tinggi terlihat adanya kecenderungan bertambahnya keanekaragaman jenis, sedangkan jumlah individu biasanya tidak begitu besar. Hal yang sebaliknya terjadi pada daerah rendah yakni jumlah individu sangat melimpah, tetapi jumlah jenis yang ada tidak begitu banyak. Secara morfologi gulma yang digolongkan sebagai tumbuhan berdun lebar biasanya tidak begitu sulit diidentifikasi jika telah diketahui sukunya. Hal ini disebabkan karena dalam suku gulma berdaun lebar tersebut umumnya perbedaan dalam marga sangat jelas. Lagi pula jumlah marga yang termasuk dlam suatu suku dalam kelompok ini tidak begitu bnyak. Lain halnya dengan golongan rumput-rumputan atau golongan teki; perbedaan dalam marga sering tidak jelas, apalagi apabila gulma dari kelompok ini tidak ditemukan dalam keadaan berbunga.
Nama latin dan nama daerah
Nama latin suatu gulma akan sangat berarti karena nama tersebut diterima di dunia internasional. Nama latin suatu jensi biasanya terdiri dari dua kata, kata pertama menunjukkan marganya yang selalu dimulai dengan huruf besar, sedang kata kedua dimulai dengan huruf kecil, merupakan penunjuk ke arah jenis. Di belakang nama tersebut terdapat pula singkatan nama orang yang pertama kali membuat determinasi jenis tersebut.
Cara-cara Identifikasi gulma
mengidentifikasi gulma dapat dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari cara-cara dibawah ini :
Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium (di Indonesia terdapat Herbarium Bogoriense yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda, Bogor).
Konsultasi langsung dengan para ahli di bidang yang bersangkutan.
Mencari sendiri melalui kunci identifikasi.
Membandingkannya dengan determinasi yang ada.
Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia.
Sampai saat ini tanda-tanda karakteristik yang dipakai dalam identifikasi gulma adalah bentuk morfologinya. Alat yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi gulma adalah loupe ( kaca pembesar ) dengan perbesaran 10x, dalam keadaan tertentu juga dibutuhkan mikroskop 40x.
Karakteristik gulma
tanda-tanda ini dipakai dalam identifikasi dan penelaan gulma; terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tetap.
Bagian vegetatif gulma
perakaran, misalnya dapat berupa akar tunggang, akar serabut, berimpang, berstolon. Kemudian bagian batang dan cabangnya, ada gulma yang menjalar, tegak, melilit. Kedudukan daun yang ada berhadapan, bersilang, berhadapan silang dan lain-lain.
Bentuk daun juga sangat bervariasi, ada yang bulat, lonjong seperti pita, segi tiga, belah ketupat. Pangkal dan ujung daun pun dapat dibedakan, ada yang bulat, lancip dan bertoreh. Demikian juga dengan tepi daun ada yang rata, bergerigi, berombak, beringgit, dan sebagainya. Permukaan daun ada yang mengkilat, berbulu, berbulu bintang.
Selain bagian-bagian akar, batang dan daun, kadang-kadang dijumpai pula adanya alat-alat tambahan misalnya daun penumpu (biasanya didapat pada Malvacae), selaput bumbung (okrea) yang merupakan ciri khas gulma dri sukku Polygonaceae.
Bagian generatif gulma
bagian ini dipergunakan untuk perkembangbiakan dan terdiri dari bunga, buah dan biji.
Jumlah dan kedudukan bunga pada gulma ada yang tunggal atau majemuk dan dapat terletak di ketiak daun atau di ujung. Bunga majemuk dapat berbentuk tongkol, bulir, dan malai. Bagian-bagian bunga umumnya terdiri dari kelopak, mahkota bunga, benang sari, dan putik. Jika jumlah dari tiap-tiap bagian ini 5 atau merupakan kelipatan 5, maka biasanya disebut penamer, demikian jika jumlah masing-masing bagian tersebut 4 atau kelipatannya, disebut tetramer. Kedudukan perhiasan bagian-bagian in sering pula menunjukkan simetrinya. Ada bunga yang bersimetri banyak (aktonomorf), atau ada pula yang hanya monosimetri (zigomorf). Warna kelopak biasanya hijau walaupun ada juga yang sama dengan warna mahkota bunganya. Kelopak dan mahkota pada gulma ini bisa dibedakan lagi, dan disebut sebagai tenda bunga.
Mahkota bunga yang satu dengan yang lain umumnya sngat bervariasi warnanya, ada yang biru, merah, merah muda, kunging, putih dan sebagainya. Jumlah benagn sari juga bermacam-macam, dapat hanya 1,2,3,4,5,10, 20 atau lebih. Kedudukannya pun berbeda-beda, ada yang terletak pada dasar perhiasan bunga membentuk satu atau dua llingkaran, ada pula yang melekat pad adinding mahkota bunga. Panjangnya pun berbeda-beda, sehingga dikenal istilah didynamus yaitu jika pada satu bunga terdapat dua benang sari yang bertangkai panjang dan dua yang bertangkai pendek. Keadaan serupa ini biasanya dijumpai pada suku Labiatae. Kedudukan bakal biji ada yang sejajar, duduk atau tenggelam dengan dasar perhiasan bunga.
Bentuk ukuran, warna, dan jumlah buah pun berlain-lainan. Dikenal adanya buah kotak, buah polong, buah buni dan lain-lain.
Biji juga dapat ditandai dengan ciri-ciri yang berlainan, misal bentuk, warna, ukuran dan keadaan permukaan yang tidak sama.
Keadaan gulma yang paling ideal untuk identifikasi adalah jika semua bagian-bagian tersebut (vegetatif dan generatifnya) lengkap. Tentu saja hal ini hanaya dijumpai pada gulma yang telah dewasa. Padahal dalam rangka pengelolaan gulma yang baik, sering kali harus mengetahui jenis gulma apakah yang terdapat di suatu perkebunan jauh sebelum gulma tersebut dewasa dan megnadakan kompetisi dengan tanaman budidaya.
Ageratum conyzoides
herba satu tahun, tegak atau berbaring dan dar bagian ini keluar akarnya. Berasal dai Amerika tropis. Tinggi tanaman kurang lebih 1 – 1.2 m. Batang bulat, berambut jarang. Daun bawah berhadapan dan bertangkai cukup panjang, yang teratas tersebar dan bertangkai pendek. Helaian daun bulat telur, beringgit, panjang 1 – 10 kali 0.5 – 6 cm, kedua sisinya berambut panjang, sisi bawah juga dengan kelenjar yang duduk. Bongkol bunga berkelamin satu macam, 3 atau lebih berkumpul jadi karangan bunga bentuk malai rata yang terminal. Panjang bongkol 6 – 8 mm , pada tangkai berambut. Daun pembalut tersusun dalam 2 – 3 lingkaran, runcing, tidak sama, berambut sangat jarang atau gundul. Dasar bunga bersama tanpa sisik. Bunga sama panjang dengan pembalut. Mahkota dengan tabung sempit dan pinggiran sempit bentuk lonceng, berlekuk 5, panjang 1 – 1.5 mm. Buah keras bersegi llima, berwarna putih, dengan panjang 2 – 3.5 mm.
Amaranthus sp
herba berumur satu tahun, tegak atau condong kemudian tegak, tinggi 0.4 – 1 m, kerapkali bercabang banyak dan berduri. Daun bulat telur memanjang bentuk lanset, panjang 5 – 8 cm, dengan ujung tumpul dan pangkal runcing. Bunga dalam tukal yang rapat, yang bawah duduk di ketiak, yang atas berkkumpul mnjadi karangan bunga di ujung dan duduk di ketiak, bentuk bulir atau bercabang pada pangkalnya. Bulir ujung sebagian besar jantan, tidak berduri, tidak berduri tempel, mula-mula naik lalu menggantung. Tukal betina dengan 2 duri lurus yang lancip, dan menjauhi batang. Daun pelindung dan anak daun pelindung runcing, panjangnya sama dengan tenda bunga. Daun tenda bunga berjumlah 5, panjang 2 – 3 mm, gundul, hijau atau ungu dengan tepi transparan. Benang sari 5, lepas tanpa taju yang disisipkan diantaranya. Kepala putik duduk, bentuk benagn. Buah bulat memanjang, dengan tutup yang rontok, berbiji 1. hidup di tegalan, halaman rumah, semak, kebun dan tepi jalan. Di daerah pada ketinggian 1 – 4000 m.
Althernanthera sp
herba menahun, berumpun kuat, tinggi 0.2 – 0.5 m. Barang berambut tipis yang merata. Daun bentuk solet sampai memanjang, kerapkali kemerah-merahan atau bernoda. Bunga dalam tongkol duduk, kadang-kadang seolah-olah bertangkai, tidak berduri tempel; dalam ketiak dan garpu. Daun pelindung kecil, runcing, bertepi semacam selaput. Daun tenda bunga 5, runcing, keputih-putihan serupa selaput, panjang kurang lebih3 mm, bertulang daun 3, dari luar berambut. Benang sari 5. tangkai sari pada pangkalnya bersatu seperti mangkok yang pendek. Kepala sari berganti-ganti degnan taju yang berbentuk pita pada ujung yang berbagi dalam umbai. Tangkai putik pendek, kepala putik berbentuk tombol. Buah di Jawa tidak berkembang dengan sempurna. Tumbuh pada ketinggian 5 – 1600 m.
Mimosa sp
berasal dari Amerika tropis. Herba memanjat atau berbaring atau setengah perdu; tinggi 0.3 – 1.5 m. Akar pena kuat. Batang dengan rambut sikat yang mengarah miring ke bawah dan duri tempel bengkok yang tersebar. Daun penumpu bentuk lanset, panjang 1 cm. Daun pada sentuhan melipatkan diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul rapat, panjang 4 – 5,5 cm. Anak daun tiap sirip 5 – 26 pasang, kerapkali warna tei ungu, berumabai, 6 -616 kali 1 – 3 m. Bongkol memanjang, panjang 1 cm, 2 – 4 menjadi satu; tangkai dengan rambut sekat yang panjang 2 – 5 cm. Kelopak sangat kecil, bergigi 4, seperti selaput putih. Tabung mahkota kecil, bertaju 4, seperti selaput putih. Benang sari4, lepas, ungu. Polongan pipih, bentuk garis, di antara biji-biji menyempit tidak dalam, pada smbungandengan banyak rambut sekat panjang yang pucat, beruas 2 – 4, panjang 1 – 2 cm, lebar 4 mm, pada waktu masak lepas ke dalam pecahan berbiji satu, yang melepaskan diri dari tempat sambungan yang tidak rontok. Biji bulat, ipih. Tumbuh pada ketinggian 1 – 1200 m, terutama pada daerah tanah perkebunan yang kering.
Euphorbia hirta
herba satu tahun, dengan batang tegak atau naik sedikit demi sedikit, tinggi 0.1 – 0.6 m. Batang terutama berambut pada ujungnya. Daun berbaris 2 memanjang, dengan pangkal miring, stidaknya pada ujung bergerigi, sisi bawah berambut jarang, panjangnya 0.5 – 5 cm, tangkai 2 – 4 mm. Cyathia dalam payung tambahan yang berbentuk setengah bola, yang sendiri-sendiri atau dua-dua terkumpul menjadi karangan bunga yang bertangkai pendek, duduk di ketiak daun, piala panjang 1 mm, barambut menempel. Buah tinggi 1.5 mm. Berasal dari Amerika tropis, di Jawa umumnya bersifat liar. Hidup pada daerah dengan ketinggian 1 – 1400 m, daerah padang rumput, halaman, tepi jalan, tanggul, tegalan dan kebun.
Commelina benghalensis
herba menjalar, tinggi 0.2 – 0.6 m. Helaian daun duduk, bulat telur memanjang atau bentuk lanset, dengan pangkal yang tidak sama sisi, 2.5 – 8 kali 1 – 2.5 cm. Karangan bunga berdiri sendiri, bertangkai, serupa bungacabang berseling, dengan dua cabang; cabang paling belakang jauh di luar daun pelindung, berbunga 1 – 3, panjang 1 – 2 cm; cabang paling muka lebih pendek, berbunga 2 – 5, panjang 0.5 – 1 cm. Daun pelindung berbentuk jantung, denga tepi bebas dan ujung meruncing, panjang 1 – 3 cm. Bunga zygomorph, berumur pendek. Daun kelopak 3, tipis, panajang 3 – 4 mm, yang paling belakang lebih sempit, yang paling muka 2 pada pangkalnya melekat. Daun mahkota 3, bebas, panjangnya 0.5 – 1 cm, berwarna biru cerah, yang paling belakang berkuku, yang paling muka duduk, lebih kecil. Bakal buah beruang 3. buah kotak, memanjang, panjang kurang lebih 7 mm, pecah menurut ruang, berisi 3 – 5 bij. Biji bertonjolan bentuk jala. Hidup terutama di daerah lembab atau becek, dengan ketinggian 1 – 2000 m.
Borreria alata
Stachytarpheta indica
rumput-rumputan yang tegak, tinggi 0.3 – 0.9 m. Daun berhadapan, bertangkai sangat panjang, berbentuk ellips memanjang atau bulat telur, dengan kaki yang menyempit demi sedikit, di atas bagian kaki yangbertepi rata bergigi beringgit, berambut jarang atau tidak yang kukurannya 4 – 9 dan 2.5 – 5 cm. Bulir bertangkai pendek, panjang 15 – 30 cm. Daun pelindung dengan kuat menempel kelopak, bertepi lebar serupa selaput. Kelopak bergigi 4, panjang kurang lebih 0.5 cm. Tabung mahkota melekukk dari sumbu bulir, panjang 1 cm, pecah dalam 2 kendaga. Hidup terutama di daerah dengan musim kemarau yang tegas, di tempat cerah atau teduh sedikit, dengan ketinggian 1 – 1250 m.
Cromoloena odorata
berasal dari Amerika tropis. Perdu yang pahit, tegak, bercabang banyak, berbau; 2 – 6 m tingginya. Ranting bulat, berambut pendek dan rapat. Daun berhadapan, bulat telur bentuk belah ketupat, bulat telur memanjang atau bulat telur lanset, dengan pangkal berangsur menyempit sepanjang tangkai dan ujung yang cukup runcing, umumnya bergerigi kasar,b erambut, sisi bawah berbintik seperti kelenjar, 3.5 – 18 kali 1 – 8 cm. Bunga bongkol tersusun dalam karangan bunga bentuk malali rata, rapat, terminal. Pembalut bentuk lonceng. Tiap bongkol 9 – 16 bunga, sedikit menjulang keluar pembalut, sangat harum. Mahkota bertaju 5, panjang 4 mm. Tabung kepala sari ungu. Tangkai putik bercabang dua, putih. Buah keras bersegi 5, hitam, dengan pangkal pucat, kurang lebih 2 mm panjangnya, dengan 1 lingkaran rambut panjang, langsing, putih. Tumbuh pada ketinggian 200 – 1800 m. Di daerah cerah matahari atau sedikit keteduhan, dan tidak terlalu kering. Juga untuk tanaman pagar.
Digitaria ciliaris
rumput yang berumpun, yang pada pangkalnya kerapkali dengan batang yang merayap; tinggi 1 – 1.2 m. Batang pipih yang besar semakin ke bawah berongga. Pelepah daun tertekan jadi satu pad batang. Lidah sangat pendek. Helaian daun berbetnuk garis lanset atau garis, bertepi kasar, kerapkali keunguan. Bulir 2 – 22 per karangan bunga, tertancap pad ketinggian yang tidak sama. Poros bulir berlunas, panjang 2 – 21 cm. Anak bullir berseling kiri dan kanan dari poros, berdiri sendiri dan berpasangan tetapi dengantangkai yang tidak sma panjang, ellips memanjang, rontok bersama-sama, panjang 2 – 4 mm. Rambut tepi dari sekam pada masaknya buah salling menjauh. Benang sari 3, kepala sari kuning atau ungu. Tangkai putik 2. kepala putik muncul dekat ujung daripada anak bulir, ungu merah, jarang putih. Tumbuh-tumbuhan agak mudah berubah tumbuh pada segala macam keadaan tanah pada ketinggian 1 – 1800 m.
Eleusin indica
rumput berumur pendek, kerapkali berumpun kuat, kadang-kadang pada buku yang bawah keluar akar : batang kerapkali berbentuk cekungan yang terbentang; tinggi 0.1 – 1.9 m. Batang menempel pipih sekali, bergaris, kerap bercabang. Daun dalam dua baris. Pelepah daun menempel kuat berlunas. Llidah seperti selaput, pendek. Helaian bentuk garis dengan tepi kasar pada ujung, pad pangkalnya ada rambut panjang, 12 – 40 kali 0.41 – 1 cm. Bulir terkumpul 2 – 12, satu sisi. Poros bulir bersayap dan berlunas, panjang 2.5 – 17 cm. Anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri kanan lunas, duduk, rapat menutup secara genting, menempel rapat, panjang 4 – 7 mm. Sekam terekan rapat berlunas, dua yang terbawah tetap tinggal lama. Benang sari 3; kepala sari pendek. Tangkai putik 2; kepala putik sempit, ungu. Di tempat cerah matahari, kerapkali di tanah keras karena terinjak; 1 – 2000 m.
Cynodon dactylon
rumput menahun dengan tunas menjalar yang keras; tinggi 0.1 – 0.4 m. Batang lngsing, sedikit pipih, yang tua dengan rongga kecil. Daun kerapkali jelas 2 baris. Lidah sangat pendek. Helaian daun bentuk garis, tepi kasar, hijau kebiuran, berambut atau gundul, 2.5 – 15 kali 0.2 – 0.7 cm. Bulir 3 – 9, mengumpul, panjang 1.5 – 6 cm. Poros bulir berlunas. Anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri kanan lunas, menghadap ke satu sisi, menutup satu dengan yang lain secara genting, duduk, ellips memanjang, panjang kurang lebih 2 mm, kerapkali keungu-unguan. Sekam 1 – 2 yang terbawah tetap tinggal. Jumlah benang sari 3, tangkai putik 2, kepala putik ungu, muncul di tengah-tengah anak bulir. Terutama di daerah dengan musim kemarau yang tegas, di daerah cerah matahari dengan ketinggian 1 – 1650 m.
Ottochloa nodosa
Gulma tahunan, famili poaceae, berupa rumput, tumbuh menjalar yang bagian atasnya tegak, tinggi mencapai 2,5 m; buluh bulat, licin, bagian bawah berongga. Daun bulat telur hingga lanset atau berbentuk pita dengan permukaan licin atau berbulu. Bunga malai, anak bulir berwarna hijau atau keunguan; tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung, ketinggian hingga 900 dpl.
Axonopus compressus
Berasal dari Amerika tropis. Rumput menahun, membentuk bahan jerami di tanah dengan batang yang tidak menarik membuat sudur antar-ruas, batang berdarun 1 – 2, dan tunas menjalar yang bercabang, kerapkali berwarna keungu-unguan, tinggi 0.2 – 0.5 m. Batang massif, tertekan sisi, beralur dalam pada sebuah sisi. Pelepah daun pipih sekali menjadi satu dengan batang, dengan punggung berlunas, pad pangkal dengan rambut putih dalam karangan. Lidah sangat pendek. Helaian daun lanset, dengan tepi kasar, 2.5 – 37 kali 0.6 – 1.6 cm. Tangkai karangan bunga langsing. Bulir pada satu sisi, panjang 3 – 11 cm. Anak bulir berseling kiri dan kanan, menempel pada poros, bentuk memanjang, panjang kurang lebih 2.5 mm. Benang sari 3, tangkai putik 2. kepala putik besar, muncul ke samping, putih. Tumbuh pada daerah lembab dengan ketinggian 1 – 1400 m.
Paspalum conjugatum
Paspalum conjugatum adalah gulma yanag tergolong dalam famili Paniceae. Gulma ini dapat tumbuh menjalar dan banyak terdapat di perkebunan-perkebunan.
Tumbuhan parenial ini berasal dari daerah Amerika Tropis dan pada dewasa ini dapat dijumpai menyebar ke daerah tropis dan sub tropis (Kassasian, 1971)
penyebaran utama melalui biji dan akar stolon. Melalui biji, gulma ini nampaknya lebih mempunyai potensi dalam penyebarannya, karena produksi biji dari gulma ini cukup tinggi.
Biji gulma ini mudah sekali melekat pada benda-benda yang melintas, sehingga menjamin penyebaran gulma cukup luas.
Cyperus rotundus
herba menahun, tinggi 0.1 – 0.8 m. Batang tumpul sampai persegi tiga tajam. Daun berjumlah 4 – 10 helai dan letaknya berjejal pada pangkal batang, dengan pelepah daun yang tertutup tanah, helaian daun bentuk garis, dari atas hijau tua mengkilat, 10 – 60 kali 0.2 – 0.6 cm. Anak bulir terkumpul menjadi bulir yang pendek dan tipis, dan keseluruhan terkumpul lagi menjadi berbentuk panjang. Daun pembalut berjumlah 3 – 4, tepi kasar, tidak merata. Jari-jari payung 6 – 9, pangkal tertutup oleh daun pelindung yang berbentuk tabung, yang t erpanjang 3 – 10 cm, yang terbesar sekali lagi bercabang. Anak bulir 3 – 10 berkumpul dalam bulir, duduk, berbetnuk garis, sangat gepeng, coklat, panjang 1 – 3 cm, lebar 2 mm, berbunga 10 – 40. sekam dengan punggung hijau dan sisi coklat, panjang kurang lebih 3 mm. Benang sari 3, kepala sari kuning cerah. Tangkai putik bercabang 3. buah memanjang sampai bulat telur terbalik, persegi tiga, coklat, panjang kurang lebih 1.5 mm. Dapat tumbuh pada bermacam-macam keadaan tanah, dengan ketinggian 1 – 1000 m.
gulma ini selalu terdapat pada segala tanaman budidaya di darat maupun di daerah yang tidak dibudidayakan dengan tanaman pertanian.
Golongan ini termasuk keluarga teki-tekian atau cyperaceae. Kemampuan gulma ini untuk beradaptasi di segala jenis tanah sangat tinggi, sehingga menjamin luasnya daerah penyebaran.
Bagian tumbuhan yang terdapat di bawah tanah biasanya terdiri dari akar, akar rimpang, dan umbi. Gulma ini termasuk golongan hulma tahunan dan berkembang biak terutama dengan umbinya. Umbi yang pertama dibentuk kira-kira 3 minggu setelah pertumbuhan. Umbi yang terbentuk akan membentuk akar rimpang yang kemudian akan membentuk umbi lagi. Semua umbi akan membentuk banyak akar tambahan, sehingga dalam jangka waktu 6 minggu sudah terbentuk sistem akar, akar rimpang dan umbi yang saling berhubungan.
Umbi gulma ini dapat tumbuh pada suhu sekitar 13 – 14°C, suatu sifat yang dapat penyebarannya baik di daerah tropis ataupun daerah sub tropis. Suhu optimum untuk pertumbuhan teki berkisar antara 30 – 35°C.
kesimpulan



JENIS DAN SEBARAN GULMA DI KEBUN TEBU



Gangguan gulma terhadap pertumbuhan tebu, berturut-turut dipengaruhi oleh spesies gulma, kelebatan dan pertahanannya menghadapi berbagai upaya pengendalian. Oleh karena itu, pengetahuan tentang spesies gulma dan kemampuan untuk mengidentifikasi merupakan bekal utama dan terpenting untuk menanggulangi permasalahan gulma.
Seperti diilustrasikan pada Gambar 1, gulma beserta spesies yang mendominasinya sangat dipengaruhi oleh teknik bercocok tanam tebu dan pola pengelolaan tanah. Untuk mendapatkan pengetahuan yang memadai terhadap vegetasi gulma yang akan ditemui di lapang, maka perlu diketahui pengelompokan spesies-spesies gulma yang tumbuh di berbagai pola dan lahan tebu.

Pengelompokan Spesies Gulma


Guna mempermudah pengenalan spesies-spesies gulma diadakan pengelompokan berdasarkan daur hidupnya, morfologinya, saat berkecambah dan tumbuhnya, serta kepekaannya terhadap macam bekerjanya herbisida. Pengelompokkan ini tidak berkaitan secara langsung dengan taksonomi tumbuhan atau kekerabatan diantara gula tersebut, tetapi semata-mata merupakan cerminan penampakkan visual di lapang atas respon yang ditunjukkan terhadap perubahan lingkungan.

Daur Hidup Gulma
Daur hidup tumbuhan adalah jangka waktu antara tumbuhan itu berkecambah atau muncul di permukaan tanah sampai tumbuhan tersebut menghasilkan biji/bagian vegetatif yang mampu tumbuh menjadi tumbuhan baru. Daur hidup gulma akan menentukan lama gulma tumbuh dan kemudahan pengendaliannya.
1. Gulma Semusim
Gulma ini berkecambah dan berkembang biak terutama dengan biji, serta hidup selama satu musim. Musim yang dimaksud adalah pada musim yang sama dan berkisar antara 4 - 16 minggu (bergantung pada spesiesnya). Tumbuhan tua mati dan tumbuhan muda muncul dari biji-bijinya.

2. Gulma tahunan
Gulma yang berkembang biak terutama dengan organ vegetatifnya yaitu umbi (tuber), rimpang (rhizome), umbi lapis (bulb), subang (corm) dan geragih (stolon). Gulma ini hidupnya lebih lama dan biasanya melebihi masa satu musim bahkan dapat mencapai tiga - empat musim apabila didukung oleh lingkungan tumbuhnya. Tunas gulma dapat tumbuh menjadi tua dan akhirnya mati, tetapi organ vegetatif tersebut akan tetap hidup dan menumbuhkan tunas-tunas baru. Dengan karakteristik seperti itu, biasanya gulma tahunan lebih sulit dikendalikan dibanding gulma semusim.


Morfologi Daun Gulma
Pengelompokan ini berkaitan dengan kesamaan reaksi gulma dengan morfologi daun tertentu terhadap herbisida yang serupa. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gulma dikelompokkan kedalam kelompok rumput, kelompok teki, dan kelompok daun lebar.
a. Kelompok berdaun sempit
Spesies-spesies gulma yang daunnya berbentuk garis (linearis), memanjang dan sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti linearis tetapi lebih lebar. Gulma rumput biasanya berada pada marga Poaceae (Gramineae).
b. Kelompok teki-tekian
Spesies-spesies gulma dari marga Cyperaceae yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya berbentuk garis (linearis). Contoh yang tremasuk kelompok ini: Cyperus rotundus dan Fymbristilis miliaceae.

c. Kelompok berdaun lebar
Spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset (lanceolatus), bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus), segitiga sama sisi (sagittatus) dan bentuk elips. Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan batang tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit. Kelompok gulma daun lebar terdiri dari spesies-spesies class Dicotyledonae, termasuk didalamnya marga-marga Euphorbiaceae, Amaranthaceae, Asteraceae, Mimosaceae, Leguminoceae, Rubiaceae, Commelinaceae, dan sebagainya.


Sifat Tumbuh
Gulma dapat tumbuh menjalar membentuk lapisan rata di permukaan tanah, tumbuh tegak membentuk perdu atau tumbuh merambat pada tanaman tebu. Kelompok gulma daun lebar dapat memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat tumbuh tersebut. Gulma yang berkecambah dan tumbuh pada saat tebu muda biasanya bersifat menjalar dan atau membentuk perdu. Gulma daun lebar yang merambat biasanya tumbuh pada tebu muda yang tajuknya mulai menutupi ruang di antara barisan tebu, dan menjadi lebat pada saat tebu tua sampai tebu akan ditebang.


Kepekaan Herbisida
Spesies-spesies gulma dapat dikelompokkan bersama-sama dengan morfologi daun gulma dan pada daur hidup gulma. Herbisida yaitu senyawa kimia organik sintetik, diserap oleh gulma lewat akar, batang muda ataupun daunnya. Herbisida yang diserap akar atau lazim disebut herbisida akar, akan diserap bersama dengan air dan hara dari tanah, lalu diangkut ke bagian-bagian tubuh tumbuhan yang sedang aktif melakukan proses metabolisme. Herbisida lain adalah herbisida daun yang diserap oleh tumbuhan gulma lewat helaian daun, kemudian masuk ke jaringan-jaringan yang aktif melakukan proses fotosintesa dan jaringan yang aktif bermetabolisme seperti di ujung-ujung tubuh tumbuhan (akar dan batang). Ada juga sekelompok herbisida yang dapat masuk ke dalam tubuh gulma lewat akar dan daun, herbisida semacam ini disebut herbisida akar dan daun. Pada Tabel di bawah ditunjukkan macam spesies gulma dan kepekaannya terhadap herbisida-herbisida tersebut di atas. Dengan demikian, bisa disusun program pengendalian dan herbisida yang akan dipakai, apabila diketahui macam spesies gulmanya.

Tabel Pengelompokan Spesies Gulma dan Kepekaannya terhadap Herbisida
Daur hidup gulma
Tanda
Tebu muda
Tebu tua
Peka terhadap herbisida

Semusim


Rumput
-
Akar


-
-



Daun lebar
Daun lebar (merambat)
Akar + (daun)

Tahunan


Rumput
-
Akar, akar + daun


Teki
-
Daun


Daun lebar
Daun lebar(merambat)
Akar + (daun)


Keterangan :
 = gulma semusim jenis rumput-rumputan
 = gulma semusim jenis daun lebar
 = gulma tahunan jenis rumput-rumputan
 = gulma tahunan jenis teki-tekian
 = gulma tahunan jenis daun lebar


Spesies Gulma pada Berbagai Lahan Tebu


Dari hasil-hasil survei gulma yang telah dilakukan selama ini, dapat dibedakan antara lahan tebu sawah berpengairan (di pulau Jawa), dengan lahan tebu di lahan kering di pulau Jawa, dan di lahan kering di pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Tabel berikut menunjukkan spesies-spesies gulma tebu di lahan sawah beririgasi.

Tabel Spesies Gulma di Kebun Tebu Lahan Sawah Irigasi (Jawa)
Penyebaran
Lebat
Agak lebat (sering ditemukan)
Jarang

Sangat luas
Cyperus rotundus




Cynodon dactylon




Echinochloa colonum



Luas
Leptochloa chinensis
Heliotropium indicum



Panicum reptans
Fimbristilis miliaceae



Polytrias amaura



Terbatas

Portulaca oleraceae
Euphorbia puriflora



Euphorbia hirta
Panicum reptans



Amaranthus spinosus





Eclipta prostrata




Eragrostis japonica




Eleusine indica




Physalis minima




Phyllantus niruri


Keterangan : 1) Sumber: Kuntohartono dan Tarmani (1967)


Ternyata spesies gulma yang penting di kebun tebu lahan sawah adalah gulma tahunan teki-tekian dan rumput, selanjutnya ditemukan juga banyak gulma semusim rumput dan teki-tekian. Sebagian besar vegetasi gulma kebun tebu lahan sawah adalah gulma semusim.
Vegetasi gulma di kebun tebu lahan kering di pulau Jawa ditunjukkan pada Tabel di bawah. Dua spesies gulma semusim rumput yakni Echinochloa colonum dan Digitaria adscendens mendominasi vegetasi gulma di tegalan Jawa. Berikutnya adalah gulma tahunan teki merupakan spesies yang tumbuh lebat di lokasi kebun tebu yang cukup memperoleh hujan atau tegalan yang tinggi kadar air dalam tanahnya. Spesies gulma lainnya yang timbul setempat-setempat dan jarang pertumbuhannya umumnya adalah gulma semisim berdaun lebar.

Tabel Penyebaran dan Kelebatan Spesies Gulma di Lahan Tegalan Jawa
Penyebaran
Lebat
Jarang

Sangat luas
E. colonum


Luas
D. adscendens
C. benghalensis



A. conyzoides

Terbatas
C. rotundus
E. indica



M. invisa



Physalis minima



P. reptans



Borreria alata



C. dactylon

Setempat
A. spinosus
Lindernia crustaceae


Centrosema pubescens
P. niruri


Dactyloctenium aegyptium
Bidens pilosa


Ipomaea triloba
E. heterophylla


T. portulacastrum



P. oleraceae



Richardia brasiliensis




Spesies-spesies yang ditemukan tumbuh bersama tebu di lahan tegalan di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi ditunjukkan pada Tabel di bawah. Terdapat keragaman yang sangat besar pada vegetasi gulma di kebun tebu di berbagai pulau. Tetapi dapat disimpulkan bahwa vegetasi gulma didominasi oleh spesies-spesies yang semusim, baik berdaun sempit maupun daun lebar.
Dengan mengetahui komposisi spesies gulma di suatu daerah, maka dengan pertimbangan pendekatan agronomis dan pengendalian secara kimiawi, dapat disusun suatu program pengendalian gulma secara rasional dan efektif.

Tabel Penyebaran dan Kelebatan Spesies Gulma di Kebun Tebu Luar Jawa
Kelebatan gulma
Sumatera Utara
Sumatera Selatan
Lampung
Kalimantan Selatan
Sulawesi Selatan

Lebat
D. adscendens
I. cylindrica
M. invisa
I. cylindrica
B. alata


M. invisa
D. adscendens
M. micrantatha
B. alata
E. colonum


C. rotundus
B. alata


D. adscendens

Agak lebat
E. colonum
M. invisa
Momordica charantia
C. cordata
R. exaltata


P. conjugatum
Ipomea obacura
C. pubescens

I. cylindrica


A. spinosus
M. micrantatha
D. adscendens

M. invisa


S. nodiflora



C. rotundus

Jarang
E. indica
Meremia tridentata
B. alata

E. pruniflora


B. nuticum
A. conyzoides
C. dactylon

Ipomea triloba


I. arislatum
E. colonum
B. nuticum

Stachytarpeta indica


P. chelidonii
Croton hirtus
I. cylindrica

Gynandropsis gynandra


C. benghalensis






C. pubescens






Pergeseran Spesies Gulma


Dinamika populasi gulma selalu terjadi dari waktu ke waktu, sebagai konsekuensi dari perubahan kondisi tumbuh kebun tebu dan perubahan cara bercocok tanam tebu. Pergeseran spesies gulma terjadi pada daerah-daerah kebun tebu yang relatif baru. Perubahan spesies gulma berlangsung makin cepat dengan makin seringnya herbisida digunakan di kebun tersebut. Sebagai contoh, pergeseran spesies gulma yang pantau oleh P3GI di salah satu areal perkebunan tebu di luar Jawa yang dilakukan selama 3 tahun disajikan pada Tabel di bawah. Baik gulma berdaun sempit, teki-tekian, gulma berdaun lebar maupun gulma merambat dominasi spesiesnya berubah secara nyata dalam kurun 5 tahun. Beberapa spesies gulma seperti B. alata masih tetap dominan selama 5 tahun. Sebaliknya gulma C. rotundus dan Ipomoea triloba yang pada awalnya dominan kemudian menjadi tidak dominan. Beberapa gulma yang semula tidak signifikan, kemudian berubah menjadi dominan seperti B. filiformis dan M. charanthia.

Tabel Pergeseran Spesies Gulma di PG Cintamanis, Sumatera Selatan
Kelompok gulma
1984/1985
1986/19871)
1989/19902)

Daun lebar
B. alata
B. alata
B. alata


Croton hirtus
C. hirtus
C. hirtus



A. conyzoides




Physalis angulata


Teki-tekian
C. rotundus



Daun sempit
Eleusine indica
D. adscendens
D. adscendens


Panicum repens
I. cylindrica
B. filiformis


P. distachium
E. colonum
Eleusine indica



Panicum spp.


Gulma
Ipomoea triloba
M. tridentata
M. cordata

merambat

M. invisa
M. tridentata



I. triloba
M. charanthia



M. cordata


1) Sumber Kuntohartono (1987)
2) Sumber Sasongko et al (1980)


Analisis Vegetasi dan Identifikasi Gulma


Guna menentukan pilihan cara pengendalian gulma yang tepat maka sangat diperlukan cara-cara menganalisis vegetasi gulma terlebih dahulu. Analisis vegetasi gulma beserta identifikasi spesies gulma dilakukan sebelum tindakan pengendalian dipilih dan diterapkan. Ketidak tepatan dalam analisis bisa menyebabkan pengendalian gula menjadi tidak efektif dan efisien, karena memboroskan biaya, waktu dan tenaga.


Analisis Vegetasi Gulma
Tujuan analisis vegetasi gulma di kebun tebu adalah untuk mengetahui komposisi spesies-spesies yang membentuk komunitas gulma yang tumbuh bersama dengan tebu, pada suatu waktu dan tingkat pertumbuhan tertentu. Pada umumnya vegetasi gulma di kebun tebu terdiri dari kumpulan semai-semai berbagai spesies gulma yang agak rendah (tinggi tanaman dibawah 50 cm), atau gulma yang sedang pesat tumbuh. Vegetasi gulma kebun tebu pada umumnya mirip untuk suatu areal yang luas, sehingga prosedur persiapan lahan untuk kebun tebu biasanya seragam untuk daerah atau pabrik gula tertentu. Oleh karena itu, maka metode analisis vegetasi gulma yang digunakan adalah metode estimasi visual (visual estimation), yakni metode analisis dengan pandangan mata dan pencacatan macam spesies gulma beserta skor kelebatan pertumbuhannya masing-masing (Soekisman et. al., 1984).
Metode estimasi visual dilakukan oleh orang yang telah dilatih sebelumnya, serta data yang dikumpulkan adalah data kualitatif. Data kualitatif vegetasi gulma menunjukkan bagaimana suatu spesies gulma tersebar dan berkelompok, stratifikasinya, periodisitas (seringnya ditemukan) dan pola komposisi macam spesiesnya. Untuk memperoleh data kualitatif tersebut perlu ditentukan macam peubah pengamatannya, penetapan luas dan jumlah petak contoh, serta penyebaran hasil-hasil pengamatannya.

Luas Dan Jumlah Petak Contoh
Penilaian kelebatan spesies gulma dilakukan pada petak contoh seluas 30 - 60 m2. Letak petak contoh pertama berada di dekat jalan kebun atau seluruh pembuangan air dan kedua agak di tengah petak kebun. Kedua petak contoh mewakili satu petak kebun yang luasnya berkisar antara 12,5 sampai 25 ha. Selanjutnya petak kebun tersebut dapat mewakili kebun seluas 200 - 400 ha. Berarti bila suatu pabrik gula seluas areal tanaman tebu 10.000 ha, maka akan ada 25 - 50 petak contoh yang diperiksa gulmanya.

Penjabaran Hasil-Hasil Pengamatan
Dari 25 - 50 petak contoh dihimpun nama masing-masing spesies dikelompokkan dalam katagori “penyebaran”. Dengan angka kelebatan dan pengelompokan penyebaran dapat disusun tabel komposisi vegetasi gulma.

Identifikasi Gulma di Lapang
Dalam mengidentifikasi macam spesies gulma di lapang, dapat dilakukan cara-cara sebagai berikut :
Membandingkan tumbuhan gulma dengan gambar, foto atau ilustrasi gulma yang tersedia
Membandingkan dengan determinasi dari spesies gulma yang kita duga
Mencari sendiri melalui kunci identifikasi
Konsultasikan pada ahli di bidang yang bersangkutan

Cara (a) yang paling praktis dan dapat dikerjakan sendiri di tempat, oleh karena telah banyak publikasi gambar dan foto-foto gulma. Dua publikasi gulma P3GI yang disebutkan pada alinia pertama bab ini, sangat berguna untuk keperluan tersebut.
Dalam menempuh cara (b) dan (c) sedikit banyak kita harus memahami istilah biologi yang berkenaan dengan morfologi yang dapat dipelajari pada buku karangan Rifai (1978). Bila ada spesies gulma yang sukar diidentifikasi, maka herbarium gulma (lengkap daun, batang, bunga, bunga dan akarnya) tersebut dapat dikirim ke herbarium Bogoriense, Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor. Di lembaga tersebut herbarium gulma itu kemudian akan ditelaah dan diperbandingkan dengan koleksi herbarium yang mereka miliki. Lembaga tersebut juga menyimpan seluruh herbarium gulma koleksi C.A. Backer. Herbarium-herbarium tersebut dihibahkan oleh P3GI kepada lembaga ini, untuk meningkatkan daya gunanya.
Tanda-tanda yang dipakai dalam identifikasi dan penelaahan spesies gulma; terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tetap (Soekiman et. al., 1984).
Sifat vegetatif gulma antara lain : perakaran, bagian batang dan cabangnya, kedudukan daun, bentuk daun, tepi daun dan permukaan daun, terdapat alat-alat tambahan misalnya daun penumpu atau selaput bumbung, beragam dan berbeda-beda untuk tiap spesies gulma. Bagian generatif yang dapat digunakan sebagai kriteria tanaman antara lain adalah : jumlah dan duduknya bunga, bagian-bagian bunga, warna kelopak bunga, warna mahkota bunga, jumlah benang sari, serta bentuk - ukuran - warna - jumlah buah/biji.



KLASIFIKASI GULMA

KLASIFIKASI GULMA
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah yang merupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada klasifikasi sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.
Cara klasifiksi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan. Atas dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita dapat mengelompokan gulma menjadi kelompok-kelompok atau golongan-golongan yang berbeda pula. Masing-masing kelompok memperlihatkan perbedaan di dalam pengendalian. Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini :
1. Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :
a. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering disebut sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya.
b. Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan kemudian mati. Pada periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida. Yang termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium vulgare, Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia biennis.
c. Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun). Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan banyak diantaranya yang berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan kekurangan air (di musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah mati karena bagian yang berada di atas tanah mengering, akan tetapi begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan bersemi kembali.

Berdasarkan cara berkembang biaknya, gulma tahunan dibedakan menjadi dua :
1). Simple perennial, yaitu gulma yang sebenarnya hanya berkembang biak dengan biji, akan tetapi apabila bagian tubuhnya terpotong maka potongannya akan dapat tumbuh menjadi individu baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan Rumex sp., apabila akarnya terpotong menjadi dua, maka masing-masing potongannya akan tumbuh menjadi individu baru.
2). Creeping perennial, yaitu gulma yang dapat berkembang biak dengan akar yang menjalar (root creeping), batang yang menjalar di atas tanah (stolon) atau batang yang menjalar di dalam tanah (rhizoma). Yang termasuk dalam golongan ini contohnya Cynodon dactylon, Sorgum helepense, Agropyron repens, Circium vulgare. Beberapa diantaranya ada yang berkembang biak dengan umbi (tuber), contohnya Cyperus rotundus dan Helianthus tuberosus. Contoh gulma tahunan populair yang perkembangbiakan utamanya dengan rhizoma adalah alang-alang (Imperata cylindrica). Dengan dimilikinya alat perkembangbiakan vegetatif, maka gulma tersebut sukar sekali untuk diberantas. Adanya pengolahan tanah untuk penanaman tanaman pangan atau tanaman setahun lainnya akan membantu perkembangbiakan, karena dengan terpotong-potongnya rhizoma, stolon atau tubernya maka pertumbuhan baru akan segera dimulai dan dapat tumbuh berkembangbiak dengan pesat dalam waktu yang tidak terlalu lama apabila air tercukupi. Adanya pengendalian dengan frekuensi yang tinggi (sering atau berulang-ulang) baik secara mekanis ataupun secara kimiawi, maka lambat laun pertumbuhannya akan tertekan juga. Satu cara pengendalian yang efektif, yang juga diperlukan adalah dengan membunuh kecambah-kecambah yang baru muncul atau tumbuh di atas permukaan tanah.
2. Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a. Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus, Imperata cylindrica, Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus, Mimosa sp. , dan lain sebagainya.
b. Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1). Gulma air garam (saltwater atau marine weeds), yaitu gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, misal di hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan Acrosticum aureum.
2). Gulma air tawar (fresh water weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air tawar. Dikelompokkan lagi ke dalam:
a). Gulma yang tumbuh mengapung (floating weeds), contohnya Eichornia crassipes, Salvinia cuculata, Pistia stratiotes.
b). Gulma yang hidup tenggelam (submerged weeds), dibedakan ke dalam :
 Gulma yang hidup melayang (submerged not anchored weeds), contoh Ultricularia gibba.
 Gulma yang akarnya masuk ke dalam tanah (submerged anchored weeds), contoh Hydrilla verticillata, Ottelia alismoides, Najas indica, Ceratophyllum demersum.
c). Gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan sebagian mengapung (emerged weeds), contoh Nymphae spp. , Nymphoides indica.
d). Gulma yang tumbuh di tepian (marginal weeds), contoh Panicum repens, Scleria poaeformis, Rhychospora corymbosa, Polygonum sp., Ludwigia sp., Leersia hexandra, Cyperus elatus.
3. Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :
a. Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli, Echinochola colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Marsilea crenata.
b. Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus rotundus, Amaranthus spinosus, Eleusine indica.
c. Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata cylindrica, Salvinia sp., Pistia stratiotes.
4. Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang daun sejajar atau melengkung, jumlah bagian-bagian bunga tiga atau kelipatannya, dan biji berkeping satu. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus dactylon, Echinochloa crusgalli, Panicum repens.
b. Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun menyirip atau menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau kelipatannya, dan biji berkeping dua. Contohnya Amaranthus spinosus, Mimosa sp., Euphatorium odoratum.
c. Pteridophyta, berkembang biak secara generatif dengan spora. Sebagai contoh Salvinia sp., Marsilea crenata.
5. Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Golongan rumput (grasses)
Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae. Deangan cirri, batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga.Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea.Buah disebut caryopsis atau grain.Contohnya Imperata cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens.
b. Golongan teki (sedges)
Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae.Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula).Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak membuka. Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus juncoides.
c. Golongan berdaun lebar (broad leaves)
Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan Pteridophyta. Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp.
6. Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam :
a. Gulma obligat (obligate weeds) adalah gulma yang tidak pernah dijumpai hidup secara liar dan hanya dapat tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contoh Convolvulus arvensis, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava.
b. Gulma fakultatif (facultative weeds) adalah gulma yang tumbuh secara liar dan dapat pula tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus Opuntia sp.
7. Berdasarkan parasit atau tidaknya, dibedakan dalam :
a. Gulma non parasit, contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus.
b. Gulma parasit, dibedakan lagi menjadi :
1) Gulma parasit sejati, contoh Cuscuta australis (tali putri).
Gulma ini tidak mempunyai daun, tidak mempunyai klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri, kebutuhan akan makannya diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya (haustarium) memasuki sampai ke jaringan floem.
2) Gulma semi parasit, contohnya Loranthus pentandrus.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan unsur hara lainnya diambil dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.
3) Gulma hiper parasit, contoh Viscum sp.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan hara lainnya diambil dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.